Saya ingat ketika masih kecil, kalau bapak atau ibu bepergian pasti minta satu oleh-oleh yaitu teh kotak, tidak ada yang lain. Saya, yang diantara anggota keluarga yang lain lebih sering diajak pergi ke kota lain, seperti ikut ibu memasok buah ke pasar johar semarang, harus rela tidur di cyclon dan bolos sekolah demi bisa melihat kota atlas. Atau ketika bapak ke purwokerto membeli diesel buat bengkelnya, saya pasti diajak, dan teh kotak pasti setia menemani.
Itu cerita waktu kecil, sejak bekerja 4 tahun silam, saya menjadi penikmat teh, rasanya kurang afdol kalau sampai sehari saja tidak meminumnya. Cerita awalnya begini, tetangga meja kerja saya setiap pagi membuat kopi instan yang rasanya beranega ragam, beberapa kali saya mencoba dan akhirnya memutuskan untuk tidak kepada kopi, ya, sama ketika saya mengatakan tidak kepada rokok. Berbeda dengan rokok, sesekali saya masih menikmati kopi sebagai selingan. Dari berkata tidak kepada kopi membawa saya mencicipi teh kembali setelah hilang beberapa tahun dari masa teh kotak sewaktu kecil. Dari yang awalnya sekedar mencicipi, lama berselang hal tersebut menjadi rutinitas pagi, rasanya tidak bergairah kalau tidak minum teh, mungkin jawaban demikian sama ketika bapak (alm) yang hampir setiap pagi dan malam hari minta dibuatkan kopi tubruk. Saya pun heran, apa enaknya coba kopi hitam pekat diminum sampai kadang-kadang 3x sehari. Jawaban yang akhirnya baru dimengerti setelah saya pun menjadi pecandu teh.
Ada cerita menarik ketika berada di nankan beberapa waktu lalu, saya, termasuk ibu dijamu dengan teh tradisional nankan, al hasil kami pun baru bisa terlelap tidur jam 5 pagi, esoknya ketika ditawari teh tersebut, dengan lantang kami menolak, dan meminta varian lain.
Ada beberapa teh yang sampai sekarang saya nikmati secara regular, pagi dan malam hari. Pertama, earl grey dari tazo dan dilmah, rasa bergamotnya begitu menusuk; kemudian ada teh produksi PTPN yang susah sekali buat dapetin di pasaran, teh walini, teman saya yang di garut pernah dengan keterpaksaan mengirimi saya sekantong teh ini; ada juga teh dari sariwangi yang gold selection, akhirnya sadar juga bahwa teh juga perlu rasa, fiuh! saya sempat memberi kesan jelek terhadap brand ini, tehnya sama sekali ndak enak, iklannya saja yang jor-joran; dan ini yang menjadi favourite saya, teh dari sosro, jasmine tea, rasanya tak tertandingi! bahkan teh botol pun yang masih satu naungan brand kalah telak.
Teh, memang tak ada habisnya. Mari ngeteh...