Galih dan Ratna
Namanya Galih dan Ratna, kok ya ndilalah, nama mereka itu sama dengan tokoh rekaan semacam Romi dan Yuli yang kondang itu. Mereka berdua keponakanku, aku mengikuti perkembangan mereka sejak kecil, bisa dibilang aku turut andil dalam perkembangan emosional mereka. Walaupun ketemu hanya sesekali kalau aku pulang mudik ke kampung halaman, tetap saja aku merasa paling dekat dengan mereka dibanding keponakanku yang lain. Umur mereka hanya terpaut beberapa bulan, lebih dulu Galih yang mbrojol ke dunia ini. Galih adalah anak dari kakak nomor tiga, sedangkan Ratna anak ke-dua dari kakak nomor dua.
Galih tidak bisa gemuk, paru-parunya tidak begitu sehat, padahal kalau makan, dia adalah juara diantara yang lainnya. Hobinya adalah bermain di air, berhubung air terdekat adalah sungai kecil dari hutan yang sudah tercampur dengan bermacam limbah dari sawah dan kolam, tujuan mainnya ya kesana. Ia membuat bendungan dan menangkapi bermacam hewan air kecil seperti kepiting, ikan, dan lainnya. Sekarang ia sudah kelas tiga Sekolah Dasar. Kemampuan membacanya jadi baik karena aku cekoki komik dari kecil. Dulu, aku sedikit geram sama ibunya karena sudah mau masuk TK tapi belum bisa membaca dengan baik, hasilnya aku bawa ia ke toko buku, aku suruh milih apa yang ia suka, pilihan jatuh ke komik doraemon dan sinchan. sampai sekarang ia masih menjadi penggemar setia dua komik diatas.
Galih suka sekali dengan dunia binatang, ia bisa menghapal nama-nama binatang dengan sekali sebut. Ia bergaya laiknya pemimpin diantara teman seusianya. Ia suka membawa teman-teman lainnya dan menonton DVD dunia binatang, ia akan menjelaskan satu per satu kepada yang lainnya apa yang dilihat di layar, yang lain hanya manggut-manggut. Waktu sepulang dari berlibur di Jakarta beberapa bulan yang lalu. Ia senang sekali waktu aku ajak naik kereta komuter. Dan, ibuku bercerita kalau ia membimbing teman-temannya bermain kereta api dan ia di depan menjadi masinis, menjelaskan satu per satu detail yang ia lihat dan alami sewaktu naik kereta komuter tersebut.
Ia juga senang dengan alam, buktinya kalau aku pulang pasti ia akan mengajak ke hutan dan sungai. Dua tempat yang kayaknya wajib kami kunjungi. Aku ingat terakhir aku mengajaknya ke sungai serayu dimana hujan rintik, ia tetap membuat bendungan, dan sesekali ngglesot di sungai, karena belum bisa berenang. Ia adalah pendengar yang baik, dan akan menjadi pendengar yang cukup aktif bertanya, apa yang ia lihat dan tidak tahu, akan ia tanya pada seseorang di sekitarnya. Orang lain yang bukan keluargaku pasti akan menganggap ia cerewet. Kalau menurutku ia unggul dalam ilmu pengetahuan diantara teman sepermainannya di rumah.
Lain Galih, tentu lain pula dengan Ratna. Ia tipikal cewek yang awalnya tomboi karena tidak mau memakai rok, ia melihat sepupunya yang lain yang semuanya laki-laki. Baru akhirnya ia aku ubah menjadi feminim dengan seringnya aku membelikannya baju terusan, aksesoris rambut, dan hal-hal lain yang berbau cewek, sehingga sekarang ia malah gak mau memakai celana panjang.
Ratna anaknya manja, hasil didikan ibuku yang kayaknya memanjakannya, ditambah turunan dari sifat ibunya yang mau menang sendiri dan egois. Ia pandai dalam membaca, disaat anak seusianya masih ndap-ndep. Hanya saja ia pemalas, kata orang sih, aku menyebutnya ia anak yang pembosan dan peniru. Ia paling bosan kalau sekolah, wali kelasnya sampai komplain ke rumah gara-gara ia suka gak mau nulis kalau sudah merasa bosan. Selidik punya selidik, gaya pengajaran di kelasnya yang membosankan, hanya disuruh menulis dan menulis. Sedangkan aku seringkali memberikan pelajaran kepada mereka secara atraktif. Jalan ke hutan atau sungai dan menjelaskan apa yang aku tahu. Pergi ke toko buku dan menjelaskan satu per satu nama buku dan kegunaannya. Pergi ke toko kaset dan memilihkan VCD/DVD yang edukatif, dan bertemakan kartun. Membelikannya buku mewarnai, sehingga ia akan seharian duduk menggambar. ia juga suka sekali dengan komik, terutama yang ada puteri-pangerannya.
Sebenarnya bukan hanya kepada Ratna aku memberikan gaya pengajaran seperti itu bagi mereka, kepada semua keponakanku juga demikian, oleh karena itu mereka menjadi banyak bertanya dan cenderung cerewet. Hal ini yang masih belum bisa diterima sama guru di kelasnya. Bahkan, sang guru pernah bilang sendiri kepadaku kalau sering menyuruh Galih dan Ratna diam saat dikelas karena sering mengajukan pertanyaan, dan pertanyaannya kadang-kala tidak nyambung. Fyuh, tipikal guru yang masih ndeso banget.
Harapanku buat mereka sih mudah-mudahan bisa tumbuh berkembang dengan baik, dan mengurangi menonton tayangan TV, dan membaca komiknya. Memang salahku sih membiasakan mereka membaca komik dan menonton TV yang edukatif. Hanya saja mereka jadi kebablasan, tak tahu waktu. Satu hal yang ingin aku ajarkan buat mereka, menulis dan menceritakan apa yang sudah dilihat kalau pulang bepergian.
0 Response to "Galih dan Ratna"
Posting Komentar