Hujan sore ini
Dalam keheningan kamar sayup-sayup kudengar tetesan air hujan jatuh menapak tanah. Cuaca yang panas tak berangin tiba-tiba berubah, seketika bau tanah menyeruak menusuk hidung memberi nuansa melankolis tersendiri.
Sore ini aku masih duduk di depan layar laptop tanpa bergeming. Baru saja dalam hitungan menit sebuah pesan masuk dari nomor tak di kenal membuka sebuah percakapan dan kenangan lalu. Tanpa menyebut identitas, seketika mengalir sebuah percakapan pendek. Dia hadir kembali dari masa lalu. Entah mungkin dia sadar yang telah ia lakukan atau memang sebab lain, tiba-tiba saja terputus tanpa ada lanjutan kata.
Aku terlalu malu untuk menanyakan siapakah sebenarnya dia, egoku terlalu besar. Sekedar membuat pesan baru untuk menegaskan pesan sebelumnya saja tidak mau. Aku, disini, ternyata masih menyimpan kenangan itu. Lebih dari itu, ego yang ada di diriku tidak luntur barang sedikit pun.
Di temaram senja dan alunan merdu nyanyian alam berbentuk hujan, aku masih saja bimbang. Aku ragu. Aku malu. Aku... aku.... aku... aku tidak mampu membuat kenangan lama itu hadir kembali. Bukannya tidak mau, tetapi aku sadar aku tidak sanggup untuk menerima kembali masa lalu, efek dan akibatnya padaku saat ini.
Bersama dengan hilangnya deras hujan, aku memandang lekat jejeran novel di papan kayu kamarku. Melankolis sore ini laiknya sebuah novel dimana lakonnya aku sendiri yang berhak memutuskan kemana aku harus kembali melangkah.
0 Response to "Hujan sore ini"
Posting Komentar