Aku bisa mati menunggu di sini
Bulan sabit dalam temaram senja |
Bulan sabit dengan anggun menampakkan wajahnya setelah kabut tipis malam sisa hujan menghilang. Dalam kekalutan aku susuri jalanan basah malam ini. Lidahku kelu, tak sepatah kata pun terucap sejak semalam, aku ingin bicara, sungguh.
Roda liar terus terus berputar dalam ramainya suasana, angin malam tampaknya tak sanggup menelusuk hingga relung hati, bahkan luapan emosi sang biduan dalam panggung seni di ujung jalan pun terasa hambar.
Ototku lemas, jiwaku muram, ragaku senyap.
Wahai pemilik cinta, tak tahukah sukmamu telah mencuri sukmaku, jiwaku yang pupus akhirnya bertunas, dan hatiku bak gergaji yang tak pernah berhenti bergetar.
Duhai engkau pemilik cinta, tak tahukah kalau setiap malam aku susah walaupun hanya sekedar memejam mata? pelupuk mataku selalu melihat bayangan kecil dirimu tersenyum, aku tak mau memejam mata dan luput dari bayanganmu.
Wahai engkau pemilik cinta, bicaralah, jangan engkau diam bak bulan sabit di atas sana. Aku bisa mati menunggu di sini.
#untuk T.E yang sedang diam
0 Response to "Aku bisa mati menunggu di sini"
Posting Komentar