Juara kelas

Masih ingat sekali waktu kelas 1 SD, aku dapat juara kelas, ya, rangking 1, senang sekali waktu itu apalagi kakak pertamaku menjanjikan akan memberi uang 5.000 rupiah, besar sekali waktu itu nilainya, masih bisa dapat sepatu merk Kasogi satu pasang.

Segera saja setelah mendapat rapor, aku ke rumah kakakku, ia baru saja melahirkan anak pertama, laki-laki, diberi nama Wahyu Hernawan Nur Cahyadi, aku kesana, menagih janjinya.

Mungkin aku waktu itu sedang mujur, ditengah perjalanan, kami, aku dan ibuku, bertemu dengan pak camat, aku sempat ngobrol dengan beliau, dan sebagai hadiah atas prestasiku, aku juga mendapat uang 10.000 rupiah, wah pokoknya senang bukan main.

Bukan hanya itu aku dapat rangking 1, dalam buku rapor SD, hanya sekali aku dapat rangking 2, selainnya selalu pertama. Akan halnya kenapa tiba-tiba aku dapat peringkat ke-2 itu karena aku ini termasuk tipe orang yang jumawa, itu terjadi saat kelas 1 catur wulan 2. Bangga dengan statusku sebagai juara kelas, menjadikanku orang yang jumawa.

Mungkin cerita di SD tadi jarang terulang di saat-saat mendatang kehidupanku, seiring dengan kenalnya dunia luar yang lebih luas, hobi jalan-jalan di pasar, dan sebagainya. Aku adalah langganan juara lomba di kecamatan dulu.

Ada beberapa hal yang membekas dalam ingatanku sampai sekarang, pertama adalah saat lomba antar SD dalam hal mata pelajaran. Sekolahku mengirim 2 anak termasuk aku dalam lomba itu, aku ikut dalam lomba pelajaran dalam kelompok sosial, sedangkan anak yang satunya lagi dalam kelompok ilmu pasti, dan aku dapat juara 1. Alangkah senewennya saat sampai di sekolah, anak yang satunya itu bilang ke teman-teman kalau dia harusnya yang ambil ilmu sosial dan aku dapat jatah ilmu pasti.

Yang kedua adalah pas lomba lanjutan ilmu sosial tadi ditingkat rayon, aku kalah, gara-gara nilaiku dipotong 10 poin, juri menilai aku menjawab sebelum dipersilakan, arggh pokoknya aku ngambek berhari-hari gara-gara kejadian itu.

Satu hal lagi yang aku ingat adalah lomba pelajaran Agama Islam, kami, satu tim 3 orang dapat juara 3. Banyak hadiah waktu kecil dulu, walau hanya buku satu pak, atau atlas, hal itu yang makin buat semangat.

Read Users' Comments (0)

Ada apa dengan Russia?

Perhelatan US Open 2009 belumlah usai, para petenis baik di sektor putra maupun putri berebut untuk menjadi juara. Tahun ini unggulan pertama jatuh pada Federer dan Safina. Keduanya berhak menyandang hal tersebut karena memang saat undian dilakukan mereka berada pada posisi nomor 1.

Ada hal menarik disini, dimana Serena beberapa kali memberikan pernyataan pedas yang ditujukan kepada Safina, kurang lebihnya begini, “Saya lebih pantas menjadi petenis terbaik, tahun ini saya dapat dua gelar grand slam, sedangkan dia satu pun belum”. Well, sebetulnya kuranglah etis seorang petenis sampai berkata demikian, mari kita lihat bagaimana sistem ranking disusun baik di ATP maupun WTA. Poin setiap pemain dihitung sesuai keikutsertaan pada turnamen dan yang paling penting adalah konsistensi antara turnamen tahun lalu dan tahun berjalan, apabila tidak mau kehilangan poin, maka harus bertanding, dan mempertahankan poin yang didapat tahun lalu, apabila tidak, hilang atau berkuranglah poin yang ada.

Melihat hal tersebut, selama tahun ini memang Safina lebih konsisten daripada Serena, bisa kita lihat pada hasil yang di peroleh, benar memang, Serena dapat dua gelar grand slam tahun ini, tetapi untuk turnamen kelas master 1000, atau 500 apa yang ia dapat? Jadi, jelas lah bahwa ranking dan poin di dapat atas kerja keras dan konsistensi di lapangan, bukan omong besar dan membanggakan diri dengan apa yang sudah di dapat.

Baiklah, mari kita tinggalkan omong kosong diatas, jelas melenceng dari judul diatas. Disini saya akan sedikit menulis tentang apa yang terjadi dengan putri-putri Russia sehingga banyak mengalami kegagalan?

Seperti kita tahun, dalam empat tahun terakhir petenis putri Russia begitu mendominasi jagat tenis WTA. Sebutlah nama seperti Myskina; Dementieva; Kuznetsova; Sharapova; Zvonareva; Petrova; Chakvetadze; Safina; dan masih banyak nama lain. Mereka begitu perkasa mendominasi berbagai kejuaraan tenis baik level Master maupun Grand Slam. Tetapi apa yang terjadi dengan US Open tahun ini?

Hari pertama masih menyisakan banyak unggulan dimana nama seperti Dushevina saja yang tidak bisa maju ke babak selanjutnya. Kemudian menyusul kegagalan petenis lain seperti Chakvetadze dan Kirilenko. Dan, salah satu kejutan yang terjadi adalah favourite juara tahun ini, Elena Dementieva, secara mengejutkan takluk di tangan Melanie Oudin, petenis muda belia amrik yang masih berusia 17 tahun.

Yah, Dementieva tidak berhasil menjaga permainannya saat unggul di set penentuan sehingga akhirnya kalah. Oudin yang sempat meringis-ringis karena kakinya yang tidak begitu fit, memberikan perlawanan yang luar biasa. Petenis muda tersebut mengalahkan salah satu favourite juara disini dimana ia mengumpulkan jumlah poin terbanyak dari turnamen pemanasan sebelumnya, dan apabila Dementieva menjadi juara disini, ia akan mendapat bonus tambahan sebanyak USD1000.

Gagalnya Dementieva membuat Oudin menjadi perhatian baru dalam event ini, memasuki babak selanjutnya ia harus berhadapan dengan Sharapova yang baru sembuh dari cidera yang dideritanya selama lebih dari delapan bulan. Permainan Sharapova cukup meyakinkan pada set awal, hal tersebut berubah saat lengan kanannya menjadi bermasalah lagi dan sempat mendapat perawatan medis. Ia membukukan 21 kali double fault, hal yang sungguh tidak meyakinkan dan 63 unforced error, cukup memalukan untuk petenis sekaliber dia. Pada saat berlangsung pertandingan tersebut, sebenarnya kans Sharapova menang sangatlah besar, dalam setiap reli, pasti ia menangi, hanya saja factor yang saya sebutkan diatas membuat Oudin cukup bergairah tanpa memeras banyak keringat, bagaimana tidak, kalau dihitung-hitung, Oudin mendapat 5 poin gratis dari Sharapova.

Hal yang sama terjadi pada Zvonareva, petenis ini sudah unggul di set kedua namun sayangnya ia menyiakan kesempatan yang ada dan beralih kalah pada set ketiga tanpa memenangi satu game pun melawan Panetta.

Praktis dari belasan petenis putri Russia yang bertanding, tersisa hanya dua yaitu Petrova yang akan bertanding melawan pembunuh raksasa Melanie Oudin, dan Svetlana Kuznetsova. Saya tidak mengerti apa yang terjadi pada mereka, apakah eranya sudah mulai mengendur? Lihat saja di jajaran Top 10 dunia, tersisa 4 petenis dari Russia yang ada disana, hal tersebut menjadi yang pertama selama hampir 3 tahun terakhir dimana minimal ada 5 pemain Russia pada posisi tersebut, bahkan pernah ada 7 pemain pada saat tahun 2007 akhir yaitu Sharapova; Kuznetsova; Petrova; Dementieva; Chakvetadze; Safina; dan Zvonareva di posisi Top 10.

Well, saya tidak akan membahas detail untuk sekarang, mungkin nanti lain waktu setelah gelaran US Open selesai akan dikupas kembali hal tersebut. Sambil menunggu siapa kira-kira yang akan menjadi juara di Flushing Meadows tahun ini mari kita berhitung kira-kira faktor apa sajakah yang membuat petenis menjadi tak bertenaga saat bertanding?

Read Users' Comments (0)