Bila ku harus
Apakah saya kejam? seringkali saya berubah menjadi kejam hanya dalam hitungan detik dari sikap manis saya sebelumnya. Mungkin saya gegabah, atau mungkin saya bodoh. Dari pengalaman yang sudah ada seharusnya saya bisa mengambil pelajaran darinya. Nyatanya, saya tidak.
Hari ini, saya melakukannya lagi. Saya menilai diri saya bodoh, dungu, egois, apapun sebutannya itu. Namun tanpa membuatnya sebagai alasan, hal ini saya lakukan karena saya merasa kesal. Hah? cuma kesal? Begini, siang hari tadi saya melihat ada suatu ketidakberesan hubungan saya dengan beberapa teman, saat sholat dhuhur saya mencoba menyerap kira-kira apa yang terjadi, saya berencana memperbaikinya, sayangnya niat saya luntur karena saya terburu berpikir positif, bahwa tadi karena sisi sensitif saya tiba-tiba muncul. Interaksi terjadi dengan biasa dan sisi positif saya menjadi gunung kilimanjaro, saya percaya hubungan saya dengan teman-teman saya baik-baik saja.
Saya salah ternyata. Sodara-sodara!!! saya salah....
Dalam sebuah situs pertemanan, saya mendapati beberapa status yang menurut saya erat hubungannya dengan hal yang terjadi siang hari tadi. Saya kesal. Saya capek bermuka manis. Saya ingin menjadi iblis.
Dan, sesaat kemudian iblis pun masuk ke sanubari saya.
Kadang saya berpikir kalau saya ini terlalu manja terhadap diri sendiri. Maunya hidup dalam dunia saya sendiri. Saya ogah memikirkan orang lain. Saya malas melihat situasi sekeliling saya, bahkan saat saya sendiri melihatnya. Atau malah saya salah. Saya kadang terlalu berpura-pura untuk menerima lingkungan saya dengan segala babak-belur yang ada. Saya membutakan diri saya. Saya membuat diri saya bodoh.
Nasi sudah menjadi bubur? tentu saja tidak. Lagi, kembali, saya berpikiran iblis, bahwa siapa yang berani macam-macam dengan saya akan menanggung resikonya, meskipun hanya sejenak.
0 Response to "Bila ku harus"
Posting Komentar