Malam satu suro
Apa sih yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata "suro". jawabannya pasti beragam. Bagi saya sendiri, mendengar kata suro berarti ingat kejawen, ingat keris, ingat takut, ingat mendiang bapak, ingat beragam ritual yang di gelar berbagai komunitas seantero jawa, dan hal lain yang berbau magis.
Waktu saya kecil, saya paling takut mendengar kata suro. Suro identik dengan hal berbau magis dan mistis, apalagi waktu itu saya besar di lingkungan kejawen. Pemuda-pemudinya banyak menghabiskan waktu untuk kungkum di sendang, nyepi di tempat yang terkenal angker, mbakar kemenyan, berdua-dua di keramaian, dan masih banyak lagi. Yang pasti saya membayangkan hal-hal seram sebagaimana orang-orang lingkungan saya bercerita bagaimana mereka melewatkan malam satu suro.
Seiring berjalannya waktu, saya melihat hal positif juga dari perayaan satu suro, seperti acara yang di gelar di kotaku sendiri Wonosobo, atau Jogja dan Solo dimana selalu menampilkan atraksi keliling alun-alun, membagi bancakan, dan gunungan yang siap di serbu semua kalangan. Positif disini bisa saya nikmati tanpa rasa seram mengganggu.
Tadi sore, Ibu saya menelepon, dengan suara serak karena sedang sakit batuk, beliau berpesan supaya menghubungi adik saya untuk berpuasa karena satu suro adalah wetonnya. Beliau kemudian bercerita panjang lebar tentang masa dimana bapak saya masih hidup. Bapak saya selalu berpuasa weton, baik wetonnya sendiri, yang kebetulan sama dengan saya, maupun anggota keluarga yang lain. Ngomongin masalah weton, weton saya kamis wage, atau malam jumat kliwon, menurut ajaran jawa, seseorang yang lahir pada hari tersebut memiliki watak yang sangat keras, dan bla bla bla sederet hal lain yang bisa dilihat melalui internet jaman sekarang.
Kembali ke satu suro. Satu suro juga ternyata bertepatan dengan Tahun Baru Hijriyah. Dan, kenyataannya bahwa saya akui kalau saya baru menyadarinya beberapa tahun terakhir ini, sungguh memalukan.
Malam ini malam satu suro, banyak hal yang saya harapkan dengan datangnya hari baru esok hari, mulai dari kesehatan, karir, keluarga, dan segunung keinginan dan nafsu yang seharusnya saya malu karena terlalu banyak meminta.
Buat mendiang bapak, I love you so much....
0 Response to "Malam satu suro"
Posting Komentar