Riangnya bertubing di Cisaat

Acara ini kami lakukan saat pergantian tahun 2010 kemarin. Kami mengadakan acara kemah a la hotel bintang lima di Rakata Cisaat Sukabumi. Hal paling menarik kenapa aku begitu ngotot menyodorkan tempat ini adalah kami-atau lebih tepatnya aku, bisa mencoba tubing di sungai, berdiam diri naik diatas ban mobil mengikuti arus sungai yang tidak terlalu deras. Aku, tentu saja kelihatan yang paling antusias, aku melihat rekan yang lain diliputi kecemasan, mereka ada yang berpikir tidak bisa berenang, padahal aku juga sekedar bisa berenang a la kadarnya. Ada yang dasarnya memang penakut, memangnya aku pemberani ya? dan sebagainya. Tapi sesaat kemudian saat menyentuh air sungai, semua histeria.

Tubing, yang aku sendiri tidak paham maksudnya kenapa disebut seperti itu, secara sederhana yaitu menyusuri sebuah aliran sungai, berhubung kita ditaruh didalam sebuah ban tentu saja aliran sungai yang dipilih tidak boleh terlalu deras, tetapi banyak jeram sehingga kemungkinan untuk terbalik atau terjungkal dari ban menjadi lebih besar, justru disini seninya. Sama halnya dengan naik banana-boat, kalau tidak dijungkir-balikkan, gak dapet kesannya.

Awal dibriefing sedikit berkurang rasa antusiasku, pertama, aku tidak memakai sepatu dimana sepatu adalah perlengkapan nomor wahid yang wajib di pakai. Wajib diingat, kita menyusuri sungai dimana kemungkinan terkantuk batu besar dan kecil pasti ada, bisa dibayangkan kaki kita tidak terbungkus oleh sepatu. Namun setelah sedikit berdiplomasi, kami diperbolehkan naik walaupun sebagian tidak memakai sepatu. Setelah memakai alat keselamatan standar, versi mereka, versiku belum standar, karena siku belum terlindungi, gesekan dengan batu sangat dominan, selain kaki, siku adalah bagian lain yang sering bersinggungan dengan batu. Walaupun panitia bersikukuh bahwa siku seharusnya dimasukan ke dalam ban, kenyataannya kita terkadang lupa akan hal itu.

Terbilang 3 aku terjungkal dari ban itu. Sangat menyenangkan. Saat-saat paling menegangkan yaitu saat menemui jeram, seketika adrenalin naik, kaki ancang-ancang tambah naik akibat tidak memakai sepatu, dan tangan tanpa sadar ikutan naik, begitu jatuh, byur! Seketika lenyap, yang ada hanya ceria, tertawa, kok bisa jatuh?

Hal lain yang didapat adalah, bokongku dan beberapa dari yang lain mengalami hal yang sama, terkantuk batu di dasar sungai. Pinggang pun demikian, meski tidak dominan.

Setengah perjalanan kami diwajibkan untuk beristirahat dan disuguhi teh manis hangat, sungguh nikmat terasa, kala badan menggigil kedinginan, seduhan teh manis hangat sangat terasa bagai oase di gurun pasir.

Jarak total yang kami susuri hampir lima kilo. Dan begitu sampai di pemberhentian terakhir rasanya nagih. Pengen lagi dan lagi. Oya, aku mendapat oleh-oleh pacet 2 gigitan di kaki, dan rasanya gak enak.

Kami senang, teman-teman yang awalnya takut sekarang bergembira, walaupun ada yang kena gigit pacet, seperti aku, ada juga yang kehilangan sandalnya, secara keseluruhan kami-lebih tepatnya aku, ketagihan.

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Riangnya bertubing di Cisaat"