Suatu saat di Kuta, Bali*)

Dengan setengah berlari, saya langsung menuju bunyi ombak di depan, taksi yang mengantar saya masih dalam jarak kejar, malam ini jam menunjukan angka 9, lalu lintas di jalanan seputar kuta masih ramai, cenderung merayap. 

Ombak pantai kuta masih terus berkejaran malam ini, suasana pantai ramai, muda-mudi duduk berpasangan, sepasang pengantin baru berangkulan berjalan tanpa alas di bibir pantai, sekelompok remaja membentuk lingkaran sambil menyunggingkan senyum dan menebarkan tawa. Suasana malam ini cukup mendukung. Bulan separo berpendar terang dihiasi kerlap-kerlip bintang, laut membawa deburan ombak, camar dan hembusan angin. Saya langsung melempar tas ransel dan selempang ke pasir, saya lepas sepatu dan kaos kaki, dengan kecepatan angin langsung saya jatuhkan badan ke pasir. Keras.

Pantai kuta, dengan segala aktifitas di dalamnya, dengan isu pudarnya kemolekan dan permasalahan sampah kiriman beberapa saat lalu, bagi saya, saat ini memiliki aura tersendiri. Melalui Andre Hehanusa saya pertama kali mengenal nama ini. Alunan merdu suara, dipadu dengan lirik yang sederhana, ditemani musik yang cukup melankolis, menghasilkan sesuatu yang menurut saya everlasting. Setiap kali membawakan lagu ini, jiwa saya seolah berada di suatu tempat yang luar biasa indah, segalanya berupa kesempurnaan. Sampai saat ini saya menapakan kaki di bulir pasirnya, telentang memandang ke cakrawala, tersenyum kepada bulan dan melambaikan tangan ke arah bintang. Pantai kuta menampakan dirinya, atau saya yang menghampirinya. 

Lelah karena tiada rencana malam ini, saya lambatkan detak jantung dan terpejam sesaat. Saya berpikir, mau ngapain? perjalanan ini bukan tanpa rencana, saya hanya tidak memiliki agenda tetap. 

Saat kerlip bintang makin semarak, saya bangun, duduk termenung memandang ombak berkejaran, saya tidak berusaha melankolis, tidak ingin romansa dalam jiwa saya keluar, saya hanya ingin menikmati waktu. Sendiri. Tanpa suatu excuse.

--------------
-----------------------------
bosan.
Saya terus diam tanpa memikirkan sesuatu. Semua rutinitas dan pikiran melayang, menari-nari di pelupuk, minta di sapa. Saya tetap diam. Seribu bahasa. Entah berapa lama. Kosong.

*judul diambil dari lirik lagu Kuta Bali-Andre Hehanusa

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Suatu saat di Kuta, Bali*)"