(bukan) dilupakan
Liburan kemarin seharusnya bisa juga menjadi sarana untuk berziarah ke makam bapak, alih-alih justru kongkow dengan para ponakan. Malam pertama aku tidur dirumah, samar-samar dalam mimpi aku melihat bapakku duduk di depan pintu rumah kakakku, hal itu yang membuat aku bangun malam, alih-alih tahajud atau membaca Al Quran, yang ada asyik baca serialnya Ms.B.
Apa iya orang meninggal masih bisa menampakkan diri biarpun samar dalam mimpi?
Memang selalu saja sesal itu datang terlambat, harusnya aku bisa bersimpuh di makam bapak sambil baca Al Fathihah atau Yaasin atau cukup diam sambil mbrebes mili. Kadang-kadang aku kangen dengan bapak, sering sekali kalau dihitung kapan datang kangennya. sosoknya yang berbeda di keluarga kami memang menjadikan beliau mudah dikenali, suara menggelegar bak petir, berbanding terbalik denganku. Meskipun terkesan ceplas ceplos dan sembrono, sebenarnya beliau itu seseorang yang teratur.
Orang bilang sih kalau beliau muncul dalam mimpi artinya kita sedang susah, gundah gulana, baik hati maupun pikiran, atau salah satunya. Tapi aku tetap saja tidak mengerti, dikeluargaku hanya aku dan Mbak Leha yang sering kemunculan bapak dalam mimpi, yang lain hanya sesekali dan hampir tidak pernah.
Bapak, bukan aku melupakanmu, mungkin aku lupa, aku sudah minta maaf kepadamu dulu sewaktu sakit atau belum, tetapi aku ingin menjadi anakmu yang bisa dibanggakanmu, yang orang-orang bilang ternyata sosokmu sering membanggakanku, biarpun di depanku hampir tak pernah keluar kata itu. Aku hampir pasti sedih dan mbrebes mili kalau ingat dirimu.
Bapak, aku masih ingat malam terakhir dimana waktu itu bapak dibuatin nasi goreng dan nunggu Mbak Leha pulang dari Semarang, bersama ibu, kita ngobrol mendiskusikan hal-hal yang menurut agama tidak baik, dan bapak senang denganku karena aku bisa menjawab dan memberikan alasan yang benar kenapa hal tersebut tidak diperbolehkan. Mungkin aku belum bisa menjadi anak yang sepenuhnya engkau banggakan, tetapi aku akan.
Bapak, aku kangen, bahagia di sana ya....
0 Response to "(bukan) dilupakan"
Posting Komentar