Balada di negeri orang, di interview sama Imigrasi
Sungguh memalukan kejadian ini, tetapi andai saja saya tidak mendapatkan pengalaman ini, saya hanya akan tahu dari orang bagaimana interview oleh imigrasi ketika masuk ke dalam suatu negara. Ahhh... sungguh tidak lucu, jangan sampai kalian merasakannya.
Kejadiannya begini, waktu itu saya masuk ke Singapore dari Malaysia melalui jalan darat. Saat masuk imigrasi Singapore, petugas perempuan langsung bertanya tentang suku saya, rasis bukan? "Are you chinesse or what?" apa coba maksud dari pertanyaan tadi, saat saya jawab kalau saya dari Indonesia, dan saya orang jawa kemudian dia melanjutkan pertanyaan. "So, are you christian, buddhism, or moslem?" langsung saja saya jawab, "I am moslem". Tanpa basa basi dia langsung menyuruh temannya datang dan menjemput saya. "Sir, can you please follow my friend?" Damn!!, ada apa ini? Apakah hanya masalah agama saya di permasalahkan?
Setelah membaca buku karangan Margareta Astaman, After Orchard, saya akhirnya sedikit tahu kalau orang Singapore sono memang senang mengkotak-kotakan orang berdasarkan suku dan agama.
Kemudian saya diajak naik ke lantai atas, saya lupa lantai berapa. Saya di suruh duduk menunggu, kemudian dipanggil masuk dan ditunjukan salah satu ruangan untuk cap jempol. Saya heran, saat melakukan cap jempol, ada beberapa petugas berdiri mengelilingi saya, gak lihat badan saya sudah kecil begini apa ya? Setelah itu saya diminta untuk kembali menunggu. Saya dipanggil kembali, kali ini oleh petugas bertampang India dan di wawancara sebentar, kemudian petugas tadi memanggil penyerantanya. Saya di wawancara ulang dengan pertanyaan yang mirip, hanya frekuensinya bertambah. Kemudian penyeranta tadi mengajak saya ke ruangan Kepala Bagian, saya di bawa masuk ke ruangan yang mirip ruangan interogasi kalau di serial criminal. So, am I criminal?
Dalam ruang tersebut, saya diberi pertanyaan, nama saya, sekolah saya dari awal sampai sekarang, apa yang saya lakukan, mau apa ke sini, tau nggak dimana letak Sulawesi? Saya disuruh menulis alamat saya sekarang, alamat kantor saya, berapa saudara saya, nama Ibu saya, pokoknya pertanyaan nggak penting yang menurut saya hanya berusaha membingungkan dan melihat konsistensi jawaban. Beruntung, saya banyak nonton serial kriminal jadi saya tetap berusaha tenang dan menjawab pertanyaan mereka dengan bahasa acakadul. Kemudian saya disuruh menunggu lagi, lagi, wawancara lagi, dengan pertanyaan yang sama, again again again and again....
Ibu saya menunggu di luar tanpa tahu keadaan saya.
Akhirnya saya di perbolehkan keluar, tanpa tahu apa kesalahan saya, saya coba bertanya tetapi di jawab, no problem. Ugh!!!
Sampai di luar, Ibu saya sudah menunggu sambil menangis, ah, beginilah dunia pada kenyataannya.
Sebelum sampai di imigrasi saya sudah mendapat firasat akan terjadi sesuatu yang jelek, ternyata benar saja. Kalau menurut saya, kesalahan yang saya buat adalah menulis alamat Bogor, padahal alamat di paspor adalah Wonosobo. Tapi saya tidak tahu kesalahan yang sebenarnya. Apakah saya di duga seperti orang yang akan mencari pekerjaan di sini, or something else.
Intinya, kalau memang kamu tidak salah, jangan takut, tetap berusaha tenang menjawab pertanyaan yang diajukan, dan jangan sekali-kali berbohong tentang apapun selama wawancara.
0 Response to "Balada di negeri orang, di interview sama Imigrasi"
Posting Komentar