Entahlah....

Purnama lalu aku duduk sendiri di taman menatap indahnya bulan, menahan kantuk dan ratusan nyamuk yang berkerubut. Aku kedinginan, aku kebasahan, aku kecapaian. Aku tengadah mencoba selalu tersenyum saat menatapnya. Sungguh sedingin apapun malam itu, sebasah apapun rumput, sengantuk dan secapai apapun malam itu, aku tetap tengadah memandang langit, berjuang berebut pesonanya dengan bintang, nyamuk, kunang-kunang, dan binatang malam lainnya.

Malam itu taman yang kusinggahi sunyi senyap, hanya beberapa orang lalu lalang berjalan menyusuri setapak sambil tepekur mengukur jalan, ada yang sibuk bertelepon, dan beberapa pasang dan kelompok remaja bersenda-gurau. Aku tepekur, berpikir untuk apa aku sampai disini dan melakukannya sendiri?

Dari ribuan malam yang sudah kulalui aku selalu berharap bahwa esok aku akan lebih baik dari sekarang, berharap menjadi seseorang yang berguna entah bagi siapapun, tetapi yang pasti bagi diri sendiri. Malam dingin itu sengaja aku memilih taman basah itu untuk melihat suatu ciptaanMu, menyadari dan mengakui keagunganMu dan memang sungguh luar biasa karuniaMu. Aku bersyukur padaMu sungguh pun aku sering berada tidak dijalanMu, sungguh nikmatMu tiada berkurang. Maka nikmat mana yang bisa kudustai?

Tuhanku, malam itu aku sungguh ingin merasa bahagia, sama seperti sekarang, sungguh aku ingin merasa nyaman dan bahagia.

Saat ini aku duduk sendiri di depan monitor komputer menulis segala macam hal yang ada di pikiran yang seringkali tidak bisa di ungkapkan dengan kalimat di sini. Entah bagaimana saat suara Ibu menelpon pun aku sungguh tidak bersemangat. Aku sendu.

Ada beragam cerita yang kulewatkan, ada beragam peristiwa dan hal yang tidak sempat kupikirkan. Aku lelah. Jiwa dan raga. Aku seperti robot berjalan lurus yang menemukan jalanan belok kanan kemudian mengikuti, lurus kemudian lurus lagi, begitu seterusnya.

Entahlah....

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Entahlah...."