Hari terakhir di tahun 2009

Wah, ndak terasa nih, udah hari terakhir aja di tahun ini, benaran, suer dah, gak kerasa! Jam segini masih betah nangkring di kantor, bukannya merencanakan sesuatu atau apalah. Sayangnya tidak, aku lebih senang di kantor malam ini, tapi siapa tahu, tiba-tiba nanti aku udah ada di bogor, mau cari sesuatu.

Hari ini cukup berwarna, dimulai dengan geger mutasi intern, yah, aku kena, aku mutasi ke Seksi Pelayanan, setelah hampir 6 (enam) tahun ngendon di Kepegawaian. Rasanya, gimana gitu, kaya ndak tega ninggalin meja lamaku. Hari ini juga Kepala Kantorku bertugas terakhir karena akan mengikuti pendidikan di Aussie, di Perth ngambil PhD, wuih, keren yah, jadi kepengen, pengen ikut tapi males belajar, hehehe. Ndaklah, aku pengen seperti beliau yang bisa dapat beasiswa terus, sekolah di bayarin, bisa jalan-jalan ke negeri orang, seru pastinya. Selain beliau, masih ada kawan satu lagi yang juga akan mengikuti pendidikan di jurangmangu sono, tempat bersejarahku dulu, yang selama 6 (enam) bulan jaman antah berantah dulu sinau dan sinau. Yah, mudah-mudahan buat beliau dan kawanku yang satunya bisa tekun belajarnya, bisa makin rajin, dan sukses selalu.

Lain lagi masalah camping di Sukabumi yang berjalan tidak seperti yang diinginkan, dari sekitar 14 (empat belas) orang yang tadinya akan ikut ambil bagian, sekarang menyusut tinggal 6 (enam) orang, kalang kabut lah kami yang ber-enam itu. Celingukan kesana-kemari nyari teman yang mau diajak, keputusan belum tahu sampai sekarang. Rencana kami akan camping di Sukabumi berangkat besok pagi jam 8 sharp. Acara seharusnya seru karena sudah cukup direncanakan. Nanti pastinya akan ada liputan khusus masalah ini.

Ah, di luar bunyi-bunyi petasan dan kembang api sepertinya menggangu diriku saja, aku jadi kepengen pergi keluar, sambil jalan-jalan, lihat suasana kota pas tahun baru. Sebentar, enaknya kemana ya? Gramedia saja ah atau nonton? Well, let see.

Oya, apa saja memori dari tahun ini? Ah, sudahlah, nanti saja bahasnya, sekarang pulang dulu....

Read Users' Comments (0)

Kapal pecah?

Ampun DJ!!!! Kayaknya aku perlu dua hari waktu di rumah, hari pertama digunakan buat beres-beres, hari kedua buat tiduran. Kalau diperhatikan, keadaan di rumah kacau balau, bak kapal pecah, mulai dari tumpukan baju kotor, gelas dan piring habis pakai, lantai yang habis kena hujan (bukan masalah baru, air suka masuk kalau hujan melalui rongga di bawah pintu) jadi banjir, tumpukan baju yang perlu sentuhan setrika, belum lagi debu yang aku gak habis pikir kok bisa banyak, aku tak tahan kalau sampai dua hari sekali memakai vacuum, bunyinya berisik. Oh, itu belum seberapa, kemarin pagi aku sempatkan mencuci sebagian, dan ketika ditinggal, ternyata air bekas cucian masuk ke dapur, sekarang pemandangan dapur bagai kena air bah, belum sempat aku bersihkan, mana ada waktu?

Aku mungkin memang teledor, sembrono, jorok, whatever lah! tapi aku juga cinta kebersihan kok, sumpah dah, beneran! Sudah hampir dua pekan aku tidur di depan TV, kadang-kadang memang niat, kepengen tidur di sana, tapi, banyak juga karena hasil ketiduran, yang anehnya, sewaktu bangun pagi bantal dan selimut sudah ada di sekitar TV itu, ajaib!

Apalagi sudah hampir tiga bulan, kalau aku sedang mencuci, atau sambil nyalain rice-cooker, atau sambil nyetrika, pasti listrik turun, apabila di barengi dengan naiknya air pompa, padahal awal tinggal disana, lancar saja. Pikiranku, mungkin ada yang iseng ya nyuri jatah listrik di tempatku buat di alirkan ke tempat yang nyuri itu, tapi masa iya sih? tapi ya mau bagaimana lagi, wong buktinya begitu kok. Makanya kalau mau mengerjakan pekerjaan seperti nyalain rice-cooker, nyetrika, mencuci, make vacuum, itu steker colokan listrik buat naikin air pompa musti aku lepas dulu, letaknya kan di depan pintu, jadi aku pasti tahu kalau ada yang iseng masang lagi.

Kembali ke awal, sebenarnya hal yang aku paling tidak suka adalah mencuci dan menyetrika, tapi apa mau di kata, pengalaman dengan dua hal diatas tidaklah menyenangkan, makanya aku kerjakan sendiri. Walaupun sudah dibantu dengan mesin, tetap saja rasanya pegal linu dan malas kalau mau nyuci baju, apalagi nyetrika, aduh! Begini, aku tidak suka orang lain nyuci baju tapi hasilnya tidak sesuai harapan, pernah dulu waktu aku masih memakai jasa nyuci orang lain, sudah minta jatah deterjennya ampun-ampunan, ditambah suka teledor, masih saja ada yang kurang bersih, apalagi hasil setrikaannya, yang acakadul ndak jelas, lipatan celana sampai kaya rel kereta double-track, dan baju yang kusut, pokoknya ndak aku banget deh.

Ya, bukannya hasil sendiri bagusan, tapi kayaknya lebih puas dengan hasil cuci dan setrikaan sendiri. Kalaupun masih ada noda bekas kotoran pas nyuci kan bisa di singkirin dulu ke baju kotor lagi, tentu saja dengan merengut karena nambah cucian, tapi rasanya puas karena aku pasti ingat kenapa hasilnya tidak bersih, itu pasti karena aku tadi tidak nyikat kotoran yang bandel itu. Pernah, waktu habis nyuci tiba-tiba ada celana yang gatel terus nyemplung ke wajan yang ada minyak bekas nggoreng, aku cuci sampai setengah mampus masih saja ada bekas minyak. Sialan memang. Namun, itulah, salah siapa naruh mesin cuci dekat sama kompor.

Kembali ke kapal pecah, aku malas bersih-bersih, aku maunya langsung bersih, cling! mau ijin ndak masuk kantor kok alesane buat bersih-bersih, ndak keren banget, mbok ya kalau mau ijin itu alesane yang keren, kaya dapat tamu dari sebrang lautan, atau mau lamaran, hihihi. Oke, lah, biar di pikir dulu yang penting uneg-uneg kapal pecahku sudah tersampaikan, mudah-mudahan nanti ada mbak-mbak mau membantu mbersihin itu semua. Ngimpi kali yeee...

Read Users' Comments (0)

Belum bisa ku melupakan.... mu

Aku mengingatmu kembali.
Aku belum bisa melupakanmu.
Kamu, sosok yang sempat memberi warna di hari-hariku.
Dua hari lalu kamu merayakan hari lahirmu, tambah dewasa, dan lekas terlaksana cita-citamu.
Kamu ingat? kita punya banyak kesamaan, sama-sama sangat cinta dengan hal-hal berbau Scottish dan British, sampai-sampai tempat yang ingin dikunjungi sebelum mati adalah somewhere in UK, sama-sama takut MATI, dan suka film the Sixth Sense dan About A Boy.
Kamu juga selalu menyimpan leaflet acara di British Council, hal yang dulu nggak aku mengerti.
Kamu selalu bercerita bagaimana bagusnya buku karangan Jane Austen, humanisnya Sapardi Djoko Damono, lembutnya piano David Foster, menariknya film independent terutama dari belahan Western Europe, indahnya vocal Josh Groban, syahdunya lagu-lagu era 90an awal.
Dulu aku tak mengerti.
Namun, seiring hilangnya kamu, aku menjadi terserang virusmu.
Kalau aku ingat dirimu, aku selalu sesak napas, seperti sekarang.
Aku masih tidak tahu, kenapa sosokmu sukar sekali tergantikan, ada banyak sosok datang dan pergi silih berganti, namun hanya dirimu yang ada di pikiran.
Aku tak tahu.
Yang aku tahu aku belum bisa melupakanmu.

a note for someone around sudirman...

Read Users' Comments (0)

(bukan) dilupakan

Liburan kemarin seharusnya bisa juga menjadi sarana untuk berziarah ke makam bapak, alih-alih justru kongkow dengan para ponakan. Malam pertama aku tidur dirumah, samar-samar dalam mimpi aku melihat bapakku duduk di depan pintu rumah kakakku, hal itu yang membuat aku bangun malam, alih-alih tahajud atau membaca Al Quran, yang ada asyik baca serialnya Ms.B.

Apa iya orang meninggal masih bisa menampakkan diri biarpun samar dalam mimpi?

Memang selalu saja sesal itu datang terlambat, harusnya aku bisa bersimpuh di makam bapak sambil baca Al Fathihah atau Yaasin atau cukup diam sambil mbrebes mili. Kadang-kadang aku kangen dengan bapak, sering sekali kalau dihitung kapan datang kangennya. sosoknya yang berbeda di keluarga kami memang menjadikan beliau mudah dikenali, suara menggelegar bak petir, berbanding terbalik denganku. Meskipun terkesan ceplas ceplos dan sembrono, sebenarnya beliau itu seseorang yang teratur.

Orang bilang sih kalau beliau muncul dalam mimpi artinya kita sedang susah, gundah gulana, baik hati maupun pikiran, atau salah satunya. Tapi aku tetap saja tidak mengerti, dikeluargaku hanya aku dan Mbak Leha yang sering kemunculan bapak dalam mimpi, yang lain hanya sesekali dan hampir tidak pernah.

Bapak, bukan aku melupakanmu, mungkin aku lupa, aku sudah minta maaf kepadamu dulu sewaktu sakit atau belum, tetapi aku ingin menjadi anakmu yang bisa dibanggakanmu, yang orang-orang bilang ternyata sosokmu sering membanggakanku, biarpun di depanku hampir tak pernah keluar kata itu. Aku hampir pasti sedih dan mbrebes mili kalau ingat dirimu.

Bapak, aku masih ingat malam terakhir dimana waktu itu bapak dibuatin nasi goreng dan nunggu Mbak Leha pulang dari Semarang, bersama ibu, kita ngobrol mendiskusikan hal-hal yang menurut agama tidak baik, dan bapak senang denganku karena aku bisa menjawab dan memberikan alasan yang benar kenapa hal tersebut tidak diperbolehkan. Mungkin aku belum bisa menjadi anak yang sepenuhnya engkau banggakan, tetapi aku akan.

Bapak, aku kangen, bahagia di sana ya....

Read Users' Comments (0)

Libur natalku

Mungkin aku pengecut, berlari dan menghindar dari kenyataan hidup dengan tameng para ponakanku. Liburan natal kemarin bisa mengungkapkan segalanya. Tanpa persiapan matang aku pulang ke kampung halaman, patut di syukuri bahwa jalan darat tidaklah seheboh jalan kereta dan pesawat yang sudah habis terpesan penumpang dari jauh-jauh hari, bagi calon penumpang sepertiku yang tanpa persiapan jelas hanya mengharapkan bintang jatuh.

Agenda hari pertama langsung pergi ke kota dengan tamengku itu, berkeliling mulai dari toko kue sampai membeli VCD obralan, dari Taman Plaza sambil makan burger sampai ke ATM di ujung gereja. Banyak hal yang bisa kulakukan dengan mereka, anak kecil yang menurutku tidak lagi lugu, mereka sudah banyak tahu tentang banyak hal, perlu otak lebih untuk bisa menenangkan mereka yang tidak pernah diam.

Hari kedua, ketiga dan keempat pun aku habiskan dengan mereka, mengajak ke sungai untuk melihat para petani, pemancing, penambang pasir, dan secara kebetulan melihat beberapa rombongan pengarung jeram. Memberi pelajaran pada mereka kalau hidup itu nantinya jangan di bayangkan dengan mudah, yang pasti tidak di mengerti secara utuh, hanya "oh gitu ya?" sambil garuk-garuk kepala. Yang jelas magnet air pada sungai tersebut sangatlah besar, buktinya mereka sampai rela pura-pura nyari kepiting supaya bisa nyebur ke sungai yang airnya berwarna cokelat itu, tanda sedang hujan di hulu.

Agenda sungai lepas sudah, untuk melepas dahaga pada air, yang aku takutkan mereka jadi berani ke sungai tersebut sendiri, bekal nasihat supaya kalau ke sungai harus ditemani dengan orang dewasa mungkin bisa memberi pengertian awal. Hari berikutnya kami pergi ke pemandian air panas di kota, terus terang aku baru pertama kali kesana, kalau berenang biasanya aku memilih kolam renang lain yang sekarang sudah disedot untuk keperluan air kemasan dari merk internasional. Niat awal yang akan belajar renang pupus setelah mereka lebih asyik bermain air, baik air dingin maupun air panas, sampai tak mau pulang kalau saja horizon tidak menunjukan tanda-tanda akan gelap.

Untuk menyeimbangkan sungai akhirnya kupilih hutan, alih-alih ke kebun punya alm bapak, mereka ku ajak ke hutan yang sekarang sedang giat-giatnya di hijaukan kembali setelah kira-kira sepuluh tahun silam rame illegal loging, sewaktu aku kecil sulu, masih ada air terjun kecil yang menarik pemuda-pemudi untuk bermain kesana, dengan reramaian suara monyet dan binatang lainnya menambah kesan tenteram, hal yang tidak ditemui lagi sekarang ini. Yang ada hanya hutan gundul yang diolah rakyat, dan sebagian sudah dihijaukan dengan pohon pinus yang masih berusia muda.

Tentu saja disela-sela kegiatan tadi, masih banyak kegiatan lain yang dilakukan, seperti menonton film dokumenter Earth, dan beberapa koleksi BBC tentang pesona alam di seluruh dunia, mereka terkesan seperti biasa, dan tentu saja yang paling ramai adalah membaca komik doraemon, sambil bercanda mereka suka membodoh-bodohkan Nobita.

Untuk membantu mereka dalam mengenal alam di seluruh dunia, akhirnya aku membelikan masing-masing sebuah atlas, sebagai contoh setelah menonton Earth, mereka bertanya, dimana letak kutub, dan dimana pasifik yang disebut perairan hangat itu? DVD koleksi BBC lebih lengkap lagi, disana ditayangkan berbagai taman nasional di seluruh dunia, mulai dari Great Berrier Reef sampai delta sungai Danube.

Kembali ke topik awal, kenapa aku menamakan diriku mungkin pengecut, yang pasti tidak ada beban bermain dengan mereka, lepas sedikit saja dari mereka, banyak sekali hal yang harus di pikirkan, lagi-lagi aku emoh ngomongin hal itu, membuat jantungku berdebar lebih kencang lagi. Alangkah malasnya.

Read Users' Comments (0)

Ibu, apa kabarmu hari ini?

Berangkat ke kantor pagi ini agak lain, meski sering terjadi keramaian di sekitar kantor bupati yang setiap hari ku lewati, tetapi pagi ini sedikit berbeda. Aku lihat banyak sekali anak-anak sekolah mulai dari TK, sampai SMA, dan tentunya pegawai di lingkungan pemda dengan seragam korprinya. Ibu-ibu berbaris rapat di pinggiran lapangan, sebagian lagi bergerombol sambil bersenda-gurau. Aku masih bingung dengan keramaian itu.

Aku baru ingat, hari ini tanggal 22 Desember. Hari Ibu. Mereka merayakan dengan mengadakan upacara. Ibu, apa kabarmu hari ini? mungkin tak lama lagi aku akan bersua denganmu lagi, kalau tak ada halangan libur natal kali ini aku pulang. Memang, satu tiket pun belum aku dapatkan, mau naik apa nanti pulang ke kampung halaman? Ada hadiah yang sudah aku siapkan untuk ibuku, beliau pernah meminta wewangian yang sering aku pakai, kata beliau, wanginya enak.

Apa yang sudah kamu lakukan untuk membahagiakan ibumu?

Kalau aku ingat kembali dari waktu kecil sampai dengan saat ini, banyak sekali salah yang telah aku perbuat. Misalnya saat beliau meminta bantuanku saat terik, hampir selalu aku menolak. Atau saat beliau minta di pijit sepulang dari pasar, pasti dengan terpaksa aku melakukannya. Lain daripada itu, kebaikan lain coba aku berikan untuk beliau. Memang hal yang paling penting adalah membalas segala kebaikannya yang unconditional.

Selamat Hari Ibu, mudah-mudahan kebaikan dan kesehatan selalu menyertaimu...

Dari anakmu...

Read Users' Comments (0)

Sampahku

Baru beberapa tahun terakhir aku concern masalah sampah yang ada di sekitarku. Hal utama yang akhirnya memaksaku untuk lebih peduli terhadap sampah karena melihat kebiasaan orang disekitarku yang sepertinya gampang saja membuang sampah dan tidak patuh dengan aturan yang sudah ada, buanglah sampah pada tempatnya.

Akhir-akhir ini sering sekali orang berkata climate change-perubahan iklim. Seperti apa sih sebenarnya? Secara sederhana bisa diartikan kalau udara di bumi jadi tambah panas, nelayan menjadi berkurang harinya dalam melaut, petani menjadi susah mendapatkan air irigasi, hujan sedikit saja air sungai meluap dan terjadi banjir. Apa iya sesederhana itu? Kalau aku perhatikan setelah menonton film dokumenter Earth yang dinarasikan oleh Morgan Freeman, dimana disitu digambarkan dalam tiga garis besar kehidupan. Yang pertama adalah Beruang Kutub, dimana seiring dengan memanasanya suhu bumi mengakibatkan es di kutub utara mencair. Hal tersebut mengakibatkan Beruang harus berenang lebih jauh untuk mendapatkan mangsanya. Yang kedua adalah migrasi Ikan Paus Totol dari khatulistiwa di Pasifik ke pinggiran Antartika untuk memanen organisme kecil yang hidup disana, seiring dengan makin banyaknya es yang mencair mengakibatkan organisme tersebut berkurang tempat dalam berkembang-biak yang pada akhirnya migrasi paus tadi bisa menjadi hal yang sia-sia di kemudian hari. Yang ketiga adalah muara kehidupan di Delta Okavango, daerah afrika. Pada musim kering udara sangat panas dan hampir tidak ada air ditemukan disana, hal ini berubah seketika ketika musim hujan datang dimana delta menjadi penuh air dari sungai dan binatang yang sudah mengetahui akan siklus ini beramai-ramai mendatangi delta tersebut dengan perjalanan panjang dan penuh bahaya. Bayangkan seandainya musim kering makin lama, musim hujan makin pendek, binatang-binatang liar tersebut pastinya akan cepat mengalami kepunahan.

Sudah hampir 6 (enam) bulan aku pindah ke tempat yang baru, dimana adalah suatu tantangan yang besar dan susah untuk mencari tempat dalam membuang sampah. Hampir semua keluarga di sekitar kos yang baru mengumpulkan sampah yang ada untuk kemudian dibakar di depan atau belakang rumah. Aku tidak setuju dengan keadaan tersebut, karena menurutku akan menambah asap, lagipula sampah plastik yang dibakar tidak akan terurai oleh tanah. Semua keluarga di sekitar kosku tidak mempunyai iuran untuk menyewa mobil sampah dari pemerintah, karena mungkin untuk makan sehari-hari saja sudah susah, dan mungkin birokrasinya akan panjang dan mahal. Seperti diketahui, sewaktu tinggal di perumahan yang dulu, mobil sampah dari pemerintah yang sudah di berikan gaji, kemudian di tambah dengan iuran warga yang menurutku lumayan, Rp35.000 per keluarga. Dan itupun masih minta pungutan apabila terdapat sampah yang overload di depan rumah, kalau tidak diberikan uang tambahan, maka sampah tersebut tidak akan terangkut. Rata-rata biaya satu karung berkisar antara Rp30.000 atau tergantung kepandaian kita untuk nego dengan para awak.

Ternyata keadaan di kantorku juga tidak jauh berbeda, para petugas Cleaning Service dengan santainya membakar tumpukan sampah tersebut, nyata-nyata ada biaya sampah yang dikeluarkan oleh Bendahara. Mungkinkah karena produksi sampah yang berlebihan? Salah satu caraku untuk mengurangi sampah yaitu dengan menggunakan kertas bolak-balik dan kertas yang sudah tidak terpakai di pakai untuk hal yang berguna seperti mengikat surat, dan sebagainya.

Sampai saat ini aku membawa sampah dari kos ke kantor dengan harapan bisa diangkut oleh mobil sampah yang jarang aku lihat ada. Dalam pekerjaan sehari-hari juga selalu menekankan pentingnya kertas bekas dan berusaha menularkan kepada teman-teman di sekeliling dengan menggunakannya untuk keperluan lain. Masalah petugas Cleaning Service yang ala kadarnya dalam mebersihkan ruang kerja bisa jadi lain masalah.

Read Users' Comments (0)

Bubaran Jiffest

Jakarta International Film Festival atau biasa disingkat jiffest lepas sudah, acara yang digelar mulai tanggal 4 hingga 12 Desember 2009 kemarin berlangsung dengan sukses, hampir di setiap pemutaran filmnya ada antrian untuk masuk ke studionya. Di edisi yang ke-11 ini, yap! sudah selama itu, dan baru tahun ini aku ambil peran untuk menontonnya. Tahun-tahun sebelumnya entah berada dimana.


Dari puluhan film yang diputar, aku hanya bisa menonton 5, dari rencana 7 film. 2 film yang gagal ditonton adalah Cin(t)a dan Troubled Water, kedua film tersebut gagal karena rapat yang membuatku tidak bisa ngabur dari kantor.

Film pertama yang aku tonton adalah Max&Co. Hari minggu jam 7 malam. Sepulang kuliah dengan hujan yang mendera jalanan dari Depok sampai lokasi, aku naik motor dengan kecepatan 40-50 km/jam. Sampai di lokasi sudah terlambat 15 menit, dengan badan basah kuyup dan menjadi perhatian pengunjung lain karena lokasi di Grand Indonesia kering tanpa kucuran hujan. Film animasi yang bercerita tentang Max yang mencari ayahnya ke kota ini tidak terlalu menarik buatku, standar saja. Memang dari segi animasi dan cerita berbeda dari yang lain, tetapi overal biasa menurutku.


Film ke-2 yang aku tonton adalah Coco Avant Chanel, film Perancis yang dibintangi oleh Audrey Toutou ini bercerita tentang desainer Chanel semasa kecil sampai ia memiliki label sendiri. Buatku film ini bagus. Film ini bercerita bagaimana semasa kecil Chanel yang akhirnya dipanggil Coco semasa bekerja di tempat hiburan bersama adiknya, tinggal di panti asuhan, ditinggalkan oleh ayahnya. Pun selama ia mengenal lelaki, baik sebagai teman, ataupun pacar, ia selalu berada di pihak yang tidak diuntungkan. Oleh karena itu, ia berusaha mendobrak semua tatanan itu, bahkan sampai ke penampilan, dimana kala itu perempuan selalu identik dengan gaun berwarna putih dengan topi bak cendrawasih. Ia kemudian merancang baju agar perempuan tampil elegan seperti yang biasa kita lihat sekarang ini.

Film ke-3 adalah Home, film Swiss ini bercerita bagaimana sebuah keluarga yang tinggal di pinggiran jalan tol berubah, sejak jalan tersebut belum diresmikan, sampai dengan akhirnya jalan tersebut dipakai. Film ini menggambarkan bagaimana (mungkin) globalisasi dan pembangunan bisa merubah sifat orang-orang yang tinggal dekat dengan hal tersebut. Dari keluarga yang harmonis kemudian menjadi keluarga yang saling menyalahkan dan berpegang pada keyakinan masing-masing akan keinginan untuk tinggal dan pergi dari tempat tersebut. Hal gila yang terjadi disini adalah sang ayah akhirnya memutuskan untuk menutup semua rumahnya dengan batako tanpa celah udara sedikitpun dan mengurung semua penghuni di dalamnya dengan terlebih dahulu memberikan obat penenang kepada anggota keluarganya.


Hal yang sedikit membuat aku bertanya-tanya adalah film dokumenter tentang Muhammad Asad, seorang yahudi kelahiran ukraina yang akhirnya hijrah ke islam. Ia menulis buku A Road to Mecca yang menurut cerita orang-orang dalam film tersebut cukup memberi nilai, ia berusaha mereformasi islam yang ada sekarang, sebagai info, aku tidak bisa berkomentar banyak karena belum membaca bukunya. Setelah nonton film ini, aku terlibat diskusi yang menarik dengan Tepoy, yang berujung pada kebingungan karena belum mengetahui dan membaca buku tersebut.

Film pamungkas yang aku tonton adalah Love & Rage, film ini sungguh, sangat menggambarkan bagaimana emosi seseorang bisa sangat berbahaya kalau tidak bisa dikendalikan. Sesuai judulnya, film ini bercerita diwal tentang cinta, dan di paruh terakhir tentang amarah. Yang aku ingat dari film ini adalah adegan si aktor utama saat memukul Pierre, darah Pierre sampai muncrat di wajah si aktor tersebut. Memang adegan tersebut hanya terlihat dari sisi muka aktor, tetap saja membuat bulu kuduk berdiri. Sadis!

Selepas festival ini, mudah-mudahan nantinya aku masih bisa berpartisipasi untuk menyaksikan dan ikut serta dalam festival lain seperti Sinema Perancis, dan lainnya.

Read Users' Comments (0)

Marley & Me

Baru semalam aku melihat film ini, Marley & Me, film yang diadaptasi dari novel perjalanan hidup John Grogan bersama anjing labrador yang diberi nama Marley. Film ini dibintangi oleh Owen Wilson, dan Jennifer Aniston. Sebelum diputuskan untuk dibuatkan film, novel yang memang dibuat Grogan selama hidup bersama the world's dog, Marley sudah laris manis di pasaran. Kecenderungan sekarang, dibelahan bumi mana pun, kalau ada novel atau buku laris, ujung-ujungnya dibuat film.

Cerita dimulai ketika Grogan dan istrinya memutuskan pindah ke Florida karena mendapatkan tawaran kerja di sebuah perusahaan surat kabar. Grogan sendiri adalah reporter, dan istrinya juga seorang jurnalis. Berbekal mobil butut, keluarga muda ini mencari rumah dan beradaptasi di lingkungan barunya. Beberapa tahun menikah, ternyata mereka belum dikaruniai anak, atas nasihat Sebastian, teman akrab John, akhirnya Grogan memutuskan memberikan hadiah kepada istrinya seekor clearence puppy seharga USD 200.

Puppy itu ternyata berbeda dengan yang lain, ia sangat aktif, bahkan dibilang luar biasa aktif. Makan melebihi kapasitas normal seekor anak anjing, dan tidak pernah mau diam. Ia diberi nama Marley saat di mobil tiba-tiba Grogan mendengarkan lagu Bob Marley. Marley punya tabiat yang sangat buruk untuk seekor anjing peliharaan, ia suka makan perabotan, buang kotoran semaunya, dan suka makan apapun yang ada di dekatnya. Bahkan saat diajak ke pelatihan anjing, sang pawang menyerah. Hanya satu kelemahan Marley, petir yang menggelegar, ia akan sangat ketakutan.

Dua tahun setelah tinggal bersama Marley, Jen, akhirnya hamil, sayangnya sang jabang bayi meninggal dalam kandungan. Mereka memutuskan untuk berlibur ke pedesaan di Irlandia. Hasilnya Jen kembali hamil. Sampai anak ke-dua lahir, hubungan mereka baik-baik saja, sampai akhirnya Jen merasa kelelahan mengurus tiga anak, Patrick, Connor, dan Colleen. Jen menganggap Marley sudah sangat keterlaluan dan ingin segera menyingkirkannya.

Bagiku film ini menjadi oase atas film yang selama ini aku tonton, menyegarkan, dari 10 film di rak 8 diantaranya adalah film drama kualitas oscar yang bagi sebagian orang sangat membosankan, teman kuliahku sampai bilang "film yang kamu tonton kan aneh" what the...!

Film ini menggambarkan bagaimana suka dan duka hidup dengan anjing, mulai dari kecil sampai anjing tersebut menemui ajal. Bagaimana seekor anjing bisa sangat dekat sebuah keluarga. Saat meninggalnya pun diadakan pemakaman dengan setiap keluarga memberikan ucapan terakhir.

Read Users' Comments (0)

Plesiran ke Pangandaran

Perjalanan ke pangandaran ini sebenarnya tiba-tiba, aku dihubungi sama Ayu. Perjalanan dimulai hari Jumat malam dengan pit-stop pertama adalah cirle-k pancoran, jam 9 malam kita take-off dengan mobil elf berkapasitas 15 orang. Sepanjang perjalanan disertai sedikit guyonan khas akhirnya tidur menjadi teman yang paling setia. Jam 4 subuh kita sampai di pangandaran, perjalanan yang cukup melelahkan mengingat sopir yang membawa mobil bisa dibilang tak taat aturan dalam berkendara, khas sopir angkot. 

Setelah beres-beres check-in di rumah yang kita sewa, hal pertama yang dilakukan adalah hunting sunrise dilanjutkan dengan sarapan. Sarapan di pinggir pantai yang penuh batu karang penghancur ombak ini terasa berbeda buatku, aku melihat bagaimana para nelayan menarik jaring yang mereka pasang sewaktu malam, dan yang tidak disangka adalah ibu-ibu dan bapak tua yang bisa dikatakan renta, masih ikut menarik jaring tersebut. 
Setelah sarapan dan mandi, tujuan pertama kita adalah Grand Canyon, tempat dimana kita menyusuri sungai diawali dengan perahu dari dermaga, dengan memakan waktu 30 menitan, kita menuju lokasi dimaksud. Sepanjang perjalanan kanan dan kiri penuh pepohonan yang hijau, mengingatkan bahwa alam kita sungguh pun kaya luar biasa. Sesampainya di pemberhentian terakhir Grand Canyon, dengan menggunakan pelampung kita berenang menyusuri sungai melawan arus menuju lokasi bebatuan karang yang luar biasa, air mengalir dari bibir atas tebing, dengan suhu yang cukup dingin untuk udara siang, membuat berenang yang seharusnya menyenangkan, bisa membuat kelu bagi yang tidak terbiasa. Sambil melawan arus dengan air yang jernih, terus lah sampai pada bagian hulu sungai.

Sesampainya di bagian awal sungai ini berasal, kita sempatkan mandi berasa dipancuran karena air turun dari atas tebing dan berhawa dingin. Tentu saja yang menarik disini adalah perasaan kita, bagaimana senangnya bisa sampai diatas dengan berenang melawan arus. Setelah sejenak mandi pancuran, kemudian kita turun ke bagian awal tadi, yang ini lebih menyenangkan, kita tinggal turun mengikuti arus saja, sungguh terasa nyaman, dan bagai naik perosotan, tubuh kita terombang-ambing oleh arus yang tidak beraturan. Memang sesekali kita harus berjalan kaki dengan naik batuan cadas tersebut apabila medan dirasa tidak memungkinkan kita untuk berenang.
Saat selesai baru terasa capeknya, namun tetap saja menyenangkan. Setelah makan kita lanjutkan ke Pantai Batu Karas yang subhanallah, cantik benar, dan ternyata turis asing spotnya ada disini, selain Grand Canyon tadi tentunya. Saya melihat banyak sekali dengan berkelompok mereka makan dipinggir pantai, membaca buku sambil berjemur, bermain ombak, dan tentu saja surfing. Beberapa teman sempat ikut naik Banana Boat, yang aku sendiri tak jadi ikut karena kapasitasnya terbatas. Hanya bermain ombak dan berenang sesekali ke dalam. Aku bilang sangat menyenangkan disini, bisa teriak sepuasnya, dan tentu saja melawan ombak, yang pasti selalu ombak yang menang.
Masih di Batu Karas, pemandangannya selain bagus, sebagian pasirnya juga bertekstur lembut, baru aku sadari ternyata bentuk penginapan disini lebih eksotis, mungkin itu sebabnya turis suka disini. Beberapa kali kita ramai-ramai berfoto ria, mengabadikan momen yang ada, dengan tentu saja gaya yang bisa dibilang old-skul tetapi mengena dihati.
Kembali ke panginapan, di sela-sela perjalanan kita melewati Pantai Batu Hiu, yang dahulu sering banyak hiu terdampar di pantai tersebut, sehingga dinamakan Pantai Batu Hiu, sebagai tanda nama, dibangun patung Ikan Hiu berukuran raksasa. Pantai ini tidaklah nyaman untuk berenang, pantainya berombak ganas dan hanya cocok untuk melihat bagaimana ombak juga bisa tidak bersahabat.

Sesampainya di pangandaran, menjelang senja kita sempatkan untuk bermain di pantai sambil menunggu sunset berlalu, nuansanya cukup syahdu, bagaimana kita bisa melihat siluet dengan berbagai aktifitas yang orang kerjakan, berlari berkejaran, bersenda gurau, dan bercengkrama. Aktifitas malam setelah makan seafood yang aku sendiri tidak tahan dengan bau amisnya, dilanjutkan dengan menyewa sepeda berkeliling pulau, seru banget, kita berkejaran menggunakan sepeda sampai mau ketabrak mobil.

Waktu menunjukan jam 10 malam, dimana kita menghabiskan waktu di penginapan dengan main kartu, siapa yang kalah akan dapat reward berupa colekan lipstik, dan hasilnya aku yang paling banyak mendapat colekan lipstik tersebut, hasil dari permainan yang memang jarang aku mainkan. Karena capek dan ingat dengan kegiatan esok hari yang lebih menegangkan, akhirnya kita semua tertidur, dengan gangguan tidur yang sampai teriak-teriak yang pas sekali teman tersebut tidur di sebelahku, akhirnya menjadi guyon di hari selanjutnya.

Read Users' Comments (0)

the Amazing Race


The Amazing Race, is host by Phil Keoghan, its now on 15th seasons. Basically, I love competition, I love being compete by others. It runs at AXN every monday night at 7 p.m WIB, and rerun on tuesday. Why do I love this show? first of all, I love competition; second of all, they're compete by explore the city around the world. It shows many beautiful place whole world, from reykjavik to south island of New Zealand; and from canary islands to pasific's.

We served by any local tradition, how to play volley at Estonia; until match the number of wire at crowded of India. How they're jumped from CT Tower Macau until directed duck to the farm at Vietnam. For me, it just great, they're compete by other, moving fast to be number one and not to be eliminate. The adrenalin truly punching, and I think it's very exhausting. But, after all, if you get the peak position, you got beautiful prize, most of all are spend holiday at randomly place around the world. Wow!! They're fighting for one million dollar, how big is it, isn't it?

Last year, just like any other programs, they made asian edition, its called The Amazing Race Asia, but I don't know this year, looks never happened. Again, I always complaining, why, they're hard to visit Indonesia. They went to Malay, Singapore, Vietnam, Thailand, then Aussie, but to Indonesia? hmmm, one in a million. Picture on the right are members of 15th The Amazing Race, and now they're on heading to finale three. Brian & Ericka, married; Megan & Cheyne, dating; Sam & Dan, brother; and Big Easy & I don't know the nick name is, they're professional athlete.

Its produced by the Jerry Bruckheimer, one of the top director on Hollywood I can tell. In Asia, its hosted by Allan Wu, but, he's less charming than Phil Keoghan and indeed, lack of creativity, I thought he just shows his body moved. Hahahaha....

Read Users' Comments (0)

Mario Teguh Golden Ways

Here, I'm talking about my fave show at sunday night. Its called Mario Teguh Golden Ways. Began on last October 2009, I found something heavenly on that show, at last. In the early show came up, I don't give any attention at all, I just feel, people always have a feeling to choose everything by them self. Later on, many people talk about it, they said that its fascinating and very inspiratif. Then, I tried to stay tuned on that show, and yes, its very fascinating, diggin' on many scene that people always have to forget.

I remembered when Mario said that people, especially leader, having the wrong way while they're punching other people, then deep in their heart that they're knowing that its very wrong but never to way back into the right way, he said with his body's shakin' and his finger nervously moved, and his face showed very angry. I just blink twice and felt the same way, I know that he's good person anyway.

I always remind my mom to not missed that show, she needs great words and motivator. For me, by this show, by his great words and how he's forcing people to look at deep on them self, that was very nice. Eligible to add something that I was deny, to be frank, why do I feel very sorry everytime he talks about people who hating them self, who denying, not acceptable each way in particular. I realize, he wakes me up.

Read Users' Comments (0)

Saturday fun (by accident)

I lied. I said that I'm having class at noon. Honestly, I just want to take a walk, hunting some things by myself. It happens after we went to hospital to visit the boss. He's sick, quite bad. We separated then, I together with my colleage heading to Kota, again, we split it up. So here I am.

After having short lunch at station, by train I'm heading to Pasar Senen, I went to Pabona bookstore do some things for the college. Its disturb by rain because I'm wearing fabric-half-paper-shoes, they're fragile by water, it's not worthy if we look at the price, after all. Had a little explore the area, then as quick as I can, chasing the bus to the next destination, Ambassador.

Lucky for me, there's no traffic, but once again, the rain gone wild. While I'm sitting on the transfer vehicle to the place, suddenly I met my friend, Tepoy. Had someting to chat then we arrived at the mal. Did something that I have plan and we finally met Komang and Ayu. They're already had plan with Tepoy did something fun after the exam. Then, I become guest without invitation.

Suddenly, my plan's change, I postponed right through the station for going home, I followed them. We're headed to the next destination, the Plaza Semanggi's. We gathered with Eka and Galih, then become a haha-hihi activities, something rare for me recently. We're having early dinner together while haha-hihi, discussed about things, about those, everything. And of course the movie.

Ayu driven us to the next chapter of haha-hihi activities, karaoke thing. And voila... we did it. Something funny there, we undirectly split by three scene, Dangdut; Jazz and Soul; and Pop. Galih was terribly likes Dangdut very much, its looks by song he was sung. Tepoy, the star here, he's having soul sensation on his voice, quite through with the original's singer. I, who's having voice like break-odd-can just become the pop loving, together with Eka, which is together with Ayu, quite simiarly having an unigue vocal. Afterall, Komang become the buble's cover after sung the song Haven't Met You Yet.

I thought, if I don't met them, I just pouring rain at home watched some DVD's with a cup of tea. Well, thank you guys for having me a great saturday. I arrived at home by 11 p.m by night train, something that finally convince me not to hesitate if I spend time at downtown later.

Read Users' Comments (0)

Jona, kelinci malangku

Aku membelinya di pasar minggu pagi pemda Cibinong yang luar biasa ramai. Itu kali pertama aku jalan-jalan kesana. Waktu itu aku pergi dengan Donny. Dengannya aku diperkenalkan suasana bagaimana keramaian pasar pagi yang ada di hari minggu tersebut.



Aku tertarik dengannya. Ia lucu. Sedikit bertanya bagaimana cara merawat seekor kelinci, akhirnya aku membelinya, sebuah keputusan yang sangat singkat prosesnya.



Ia aku beli sepasang dengan kelinci betina yang kuberi nama Lana. Sedikit cerita tentang Jona. Ia kubeli saat berumur 3 bulan, dengan gambar disamping yang lincah, susah buatku mengambil fotonya dari depan. Rumah kontrakan lamaku yang lumayan lega menjadi tempat ia berlari-lari, Sabtu dan Minggu kalau cuaca sedang bagus, aku biarkan ia di taman depan, sambil terus memerhatikannya, jangan sampai lari ke jalan di depan. Sesekali aku kejar ia.

Aku membelinya saat musim hujan, dan karena ketololanku, ia jadi sakit. Aku hanya menyediakan kain di kandangnya supaya hangat, dan sayuran sebagai makanannya, aku taruh di kulkas, hal yang menurut yang lebih berpengalaman haram dilakukan. Aku tidak tahu, kurang lebih hanya satu bulan ia bersamaku, menemani hari-hariku, menambah pekerjaanku karena kotorannya harus dibersihkan tiap hari.

Suatu malam ada bunyi ngiiiik lama, dan beberapa kali berulang, aku kemudian bangun mendapati Jona-ku sedang sekarat, aku pegangin tubuhnya, aku belai. Ia menghembuskan nafas terakhirnya beberapa menit kemudian, aku menguburnya di taman depan kontrakan lamaku. Aku sedih. Ia menghembuskan nafas terakhir dua hari sejak Lana-ku pun pergi, dengan kasus yang sama, yang aku pikir, mereka kedinginan.

Sampai saat ini aku masih menyukai kelinci, pernah kepikiran untuk membelinya lagi, hanya saja aku takut kejadian berulang, apalagi tempatku yang sekarang sempit, mana sempat nantinya buat mereka berlari-lari dengan riang.

Ada satu hal menarik sebenarnya saat kejadian Jona dan Lana tiada, seorang kawan tiba-tiba mengirimkanku satu pasang boneka puppy lucu, memang bukan babitty, tetap saja kuhargai ketulusannya. Sampai saat ini, sepasang puppy itu masih berada di kamarku, mungkin sampai salah satu keponakanku akan mengambil paksa.

Buat Jona dan Lana, I miss you....

Read Users' Comments (0)

Hilang Lana-ku

Hujan baru saja reda saat aku sampai di stasiun lama ini, stasiun yang selalu tampak kotor itu menjadi semakin terlihat kusam setelah tersiram air hujan. Disini aku punya cerita. Aku punya seorang teman.

Namanya Lana, gadis belia berusia tidak lebih dari lima belas tahun. Aku mengenalnya pertama kali saat sedang duduk menunggu kereta di stasiun lama. Ia sedang duduk di pojokan kala itu, matanya kuyu, tatapannya nanar seolah menahan sesuatu untuk ditumpahkan. Beberapa kali ia terlihat gusar. Aku memperhatikannya. Sampai keretaku lewat, aku tetap duduk memperhatikannya. Ia telah menarik perhatianku.

Sampai hampir satu babak dalam lakon drama, aku terus memperhatikannya. Ia tak banyak bergerak, sesekali menggigiti kukunya, sambil terus menatap nanar, bolak-balik kosong kekiri dan kekanan. Kurapatkan posisi dudukku, aku geser mendekatinya, ia diam tak bergeming, seolah membiarkan atau memang tak tahu kalau seseorang disebelahnya sedari tadi terus memperhatikannya, ingin tahu apa yang ada dalam dirinya. Lama tak bergerak, akhirnya ku ulurkan tangan, ia tak kaget. Ia menerima uluran tanganku dan membalasnya. Ia hanya diam, kami bersalaman. Aku menyebutkan namaku, ia pun kemudian menyebut sebuah nama yang menurutku tidak biasa, Lana. 

Sampai lima menit kami diam, ia tetap seperti sebelumnya. 

Aku coba bertanya, ia pun menjawab sekenanya, layaknya narapidana. Aku kemudian meyimpulkan sendiri apa yang sedang dirasakannya, ia kesepian, ibunya terlalu miskin untuk bisa membelikannya mainan yang bermacam-macam, ayahnya terlalu kasar untuk bisa membelainya seperti seorang putri raja. Ia dituntut macam-macam, terlalu besar tanggung jawabnya untuk seorang anak seusianya. Ia kesepian, ia jarang berbicara dengan ayah ibunya, ia jarang berbicara dengan orang lain. Ia hanya punya teman satu, yang diberi nama Pion. Sebuah gantungan kunci berbentuk boneka yang menyerupai pion dalam permainan catur. Ia tak sekolah, ia hanya sekedar bisa baca dan tulis, tak layaknya anak seusianya yang sedang bungah-bungahnya dibangku sekolah, memulai pubertasnya mengenal lawan jenis dan lainnya. 

Ia punya cita-cita menjadi penulis cerita, ia banyak bercerita pada pohon, pada jalanan, pada makanan yang sesekali ia muntahkan, dan tentunya pada Pion teman satu-satunya.

Aku tahu rutinitasnya, ia akan berada di stasiun ini pukul 4 sore, menunggu orang-orang bubaran kantor dan menjajakan dagangannya kalau belum habis. Kalau sudah habis, ia hanya akan diam duduk di pojokan sambil menatap nanar orang-orang dan sesuatu di sekitarnya sampai senja datang, saat ia akan berjalan pulang ke rumah reyotnya tak jauh dari stasiun.

Hari hampir senja tapi aku tak menemukan dirinya. Ia biasa duduk di peron dimana Kereta AC berhenti, ia berujar, penumpangnya baik, bersih, dan ramah, apalagi jualannya selalu habis kalau disini. Berbeda kalau di peron lain dimana ia hanya akan mendengar kata makian dan hal biasa barang dagangannya akan diminta paksa oleh orang-orang yang mengaku memiliki peron tersebut. Kalau sudah begitu ia akan balas memaki dan berteriak.

Kembali ke Lana, hari sudah senja. Aku tetap tak menemukannya. Aku kembali keesokan harinya, terus dan terus lagi. Mendengar ia bercerita dengan Pion membuatku seolah menemukan oase atas apa yang aku rasakan saat ini. Sesuatu yang berbeda yang tidak monoton. Sudah hari ke-tiga aku mencarinya, ia masih nihil.

Kembali aku duduk, seperti biasa, sambil sesekali memperhatikan perilaku orang di stasiun. Aku kehilangan Lana.

Read Users' Comments (0)

Kalau kamu, kapan nikah?

Pertanyaan ini mungkin pas ditujukan buatku sekarang, dan dengan tangkas aku jawab, "maaf, aku selesaikan dulu kuliahnya". Beberapa bulan ini teman-teman kantorku seperti berlomba buat menikah, kalau ada analogi semacam itu tentunya, dan dengan pemaksaan kehendak, aku analogikan begitu. Tentunya aku perhatikan yang seumur atau sepantaran denganku. 

Pertama, Donny, teman satu angkatanku, tiba-tiba ada status "tunangan" di akun facebooknya. Selesai libur lebaran ternyata berita itu benar adanya, dia berencana menikah di pertengahan tahun depan.

Kedua, Agung, seniorku, dengan lancarnya membagikan undangan satu per satu kepada kami.

Ketiga, Adi, satu angkatan juga sebenarnya, hanya saja dia Prodip 3. Beberapa minggu terakhir dia meminta penjelasan tentang cuti alasan penting, setelah ditanya lebih lanjut ternyata untuk pernikahannya juga yang rencana akan dilangsungkan Pebruari tahun depan.

Yang keempat, mungkin ini yang menjadi isu hangat beberapa hari terakhir, Beta, seorang yang kalau diperhatikan sejenak dan sekilas bak seorang yang tak percaya adanya lembaga pernikahn, tiba-tiba akan melangsungkan pernikahan akhir bulan depan. Luar biasa! 

So, aku kapan?

Yang pasti, dengan makin banyaknya teman satu angkatan yang menikah, membuatku celingak-celinguk, mencari, adakah kawan yang belum menikah juga sampai detik ini? Bukan tanpa alasan memang, umurku sudah seperempat abad, dengan pekerjaan tetap sudah sepantasnya mempunyai keluarga sendiri. Namun, kuliahku yang baru jalan tiga semester sepertinya tetap menjadi pilihanku saat ini, mudah-mudahan lancar.

Buat teman-teman yang baru-baru ini menikah, dan akan segera melangsungkan pernikahan, aku ucapkan selamat menempuh hidup baru, sukses selalu.

Read Users' Comments (0)

1st anniversary

Happy 1st Anniversary....

Today, last year ago, I started writing here. By now, couple stories have written and still counting. Actually, thousand minds are tick-tock ask to run out, but my fingers don't let it go. Seem like a huge wall blocking in my mind everytime I have to tell my story here. 

In my 1st anniversary, I have some wishes. Hope that start today, everyday, or once in two days I have something to write here. Just make some unimportant issue, scream-out, or fucking 'bout something happen accidentally. Hope that somebody will help out to make something different 'bout this place, something unique and interesting, honestly, I don't have any expert for that.

There's might be a cake in particular, but I don't have one. I just enjoy my jasmine tea and bars, with David Foster in the stereo, they're color me celebrating the 1st anniversary.

Read Users' Comments (0)

Aku dan sepedaku

Aku kenal sepeda sudah agak besar, mungkin kelas 2 atau 3 Sekolah Dasar, telat memang, waktu itu berbekal pinjam dari tetangga, aku mulai belajar naik sepeda mini, yah, dengan tubuhku yang sudah bongsor untuk ukuran sepeda mini, aku mulai mengayuh, sedikit demi sedikit, dan berteriak histeris ketika bisa jalan beberapa meter, begitu seterusnya. Dalam tempo singkat aku bisa mengendarai sebuah sepeda. Drama pun dimulai, aku merengek minta dibelikan sepeda kepada Ayahku, bekas pun tak apalah. Akhirnya hari yang ditunggu itu tiba, aku dapat sepeda bekas, lumayan. Hari-hariku kugunakan untuk terus mengendarainya.

Dan memang, sepeda pun ada musimnya, saat musim sepeda tiba, kami-aku dan beberapa anak di lingkungan rumahku beramai-ramai mengendarai sepeda menuju tempat-tempat yang sama sekali asing buatku, menyusuri saluran irigasi yang sampai tembus ke beberapa desa sebelah, yang pulangnya sampai hampir senja, sampai ke hutan di sebelah utara desaku, waktu itu sedang terjadi perambahan hutan, hutan tapi berasa pasar malam. Bunyi desing mesin bersahutan, sampai terjadi pembakaran juga. Ada dua perasaan yang aku alami waktu itu, pertama adalah perasaan senang karena di hutan tidak sepi seperti biasanya; dan yang kedua adalah perasaan tidak senang karena menjadi panas, dan kesan spooky di hutan menjadi tidak ada.

Belum pernah aku dapat sepeda baru, dari beberapa kali ganti sepeda, selalu yang bekas pakai. Pertama yaitu sepeda BMX biasa, yang menurutku menjadi terlalu kecil, tidak sesuai ukuran badanku. Kemudian ditukar-tambah dengan sepeda bekas juga, yang ini model polygon, tapi bukan polygon, sepeda merk itu sepertinya hanya bisa aku lihat di iklan TV tanpa pernah mampir di lingkunganku, apalagi menjadi milikku. Yang paling aku ingat adalah sepeda model ibu-ibu yang buat belanja ke pasar, sepeda itu ditukar dengan tetanggaku yang menginginkan sepeda model polygon, yang menurutku sadelnya terlalu tinggi sehingga aku sampai jinjit buat mengayuh.

Sampai setua ini aku jarang menggunakan sepeda lagi, mungkin kebiasaan itu hilang sejak ngekos di Purwokerto. Oh ya, ada pengalaman menarik sewaktu ngekos disana, aku sempat beberapa kali meminjam sepeda dari kawan yang kebetulan mempergunakan sepeda sebagai alat bepergian. Waktu itu sepeda pun sangatlah aji, kita sampai mendewakan, dan berebut meminjam.

Ceritanya begini, saat itu belum genaplah sebulan aku tinggal di kota itu, di kosku ada sepeda BMX yang sesuai ukuranku, aku meminjamnya dengan dalih mau ke alun-alun. Perjalanan dimulai setelah ashar, aku kayuh terus sepeda sambil mengenal suasana kota itu, kayuh kayuh kayuh terus sampai alun-alun, sesampainya disana aku istirahat sebentar dan meneruskan perjalanan. Saat ada pertigaan, aku nekat lurus, seharusnya belok kiri, begitu lurus aku kayuh terus kok ndak sampai-sampai kos ya. Terus sampai aku menemukan sebuah plang bertuliskan, Jakarta-Tegal; Cilacap-Bandung; dan Banyumas-Yogyakarta. Ya Tuhan! daerah mana ini? aku sampai mandi peluh naik turun jalanan medan itu, melewati beberapa rel kereta api, hari menjelang gelap, aku was-was, takut!

Sejak kejadian itu akhirnya aku hanya meminjam sepeda dengan tujuan jelas seperti, supermarket; daerah Unsoed-mencari warnet-dan rental komputer; alun-alun; dan kos-kosan kawan. Pengalaman itu tidak aku ceritakan sewaktu sampai di kos, aku hanya di tanya dari mana kok sampai malam baru sampai, aku jawab di alun-alun ada senam, cerita yang aku buat-buat untuk menutupi rasa cemasku tadi. Sampai sekarang aku masih suka tersenyum kalau melewati kota itu, apalagi pas melewati jalanan naik turun itu.

Read Users' Comments (0)