Selamat hari ibu

Happy Mother's Day
Hari ini, tanggal 22 Desember, para ibu di seluruh Indonesia merayakan harinya, Hari Ibu. 

Buat saya sendiri, Ibu adalah seseorang yang luar biasa. Beliau melahirkan saya, memberi ASI, membesarkan saya. Ibu, buat saya adalah pahlawan. 

Kembali ke masa waktu SD, dimana waktu itu saya akan mengikuti lomba bidang sosial antar sekolah se kecamatan, saya dapat jatah duduk di mobil dan duduk menghadap belakang, beliau berpesan kepada guru saya, kalau saya suka pusing kalau naik mobil mungkur, saran beliau supaya saya dipindah duduknya biar bisa berpikir jernih. Hasilnya saya juara 1. Lain lagi waktu lomba cerdas cermat di kabupaten, sewaktu babak play-off untuk masuk final, Ibu saya memberi jawaban melalui kaca di luar, bahasa bibirnya saya baca, dan saya memberi jawaban kepada juri dengan benar, saya masuk final, juara 3. 

Kemudian, waktu saya SMP, dimana saya rajin puasa sunah senin kamis, Ibu selalu membangunkan saya untuk bersantap sahur. Beliau juga tak lupa membangunkan saya ketika esok ulangan datang. 

Saat saya mau daftar SMK di Purwokerto, beliau adalah orang yang paling repot. Beliau yang dapat info sekolahnya, mengantar saya sewaktu ujian. Ujiannya ada dua tahap, sewaktu ujian tertulis saya di titipkan di rumah eyang yang saya sendiri baru ketemu, eyang jauh. Hal yang paling luar biasa adalah saat ujian wawancara, dimana jadwalnya jam 7 pagi, kami harus berangkat jam 3 dini hari dan dengan luar biasa Ibu saya menyetop mobil truk pengangkut minyak karena susahnya mendapatkan bus di waktu itu. Beliau mengantar, memberi bimbingan kira-kira nanti jawaban apa yang harus saya jawab dan seterusnya. 

Saat saya lulus, dan bilang mau merantau ke Jakarta, beliau juga yang repot mencari info keluarga yang berada di Jakarta. Memang sudah menjadi adatnya mungkin, saya selalu di titipkan dengan keluarga, entah itu hubungannya jauh, apalagi yang dekat. Intinya beliau selalu repot untuk anaknya.

Saat ini, setelah bapak berpulang, beliau sendiri, saya hanya bisa menemani melalui telepon, ngobrol, bercerita dan bercanda. Beliau yang sudah berumur sudah sering sakit, setiap bulan ke dokter periksa kesehatannya. Saya hanya berdoa supaya beliau selalu diberi kesehatan, keselamatan. Beliau segalanya bagi saya saat ini. Ibu, aku sayang padamu. Selamat Hari Ibu.

Read Users' Comments (0)

Bila ku harus

Apakah saya kejam? seringkali saya berubah menjadi kejam hanya dalam hitungan detik dari sikap manis saya sebelumnya. Mungkin saya gegabah, atau mungkin saya bodoh. Dari pengalaman yang sudah ada seharusnya saya bisa mengambil pelajaran darinya. Nyatanya, saya tidak.

Hari ini, saya melakukannya lagi. Saya menilai diri saya bodoh, dungu, egois, apapun sebutannya itu. Namun tanpa membuatnya sebagai alasan, hal ini saya lakukan karena saya merasa kesal. Hah? cuma kesal? Begini, siang hari tadi saya melihat ada suatu ketidakberesan hubungan saya dengan beberapa teman, saat sholat dhuhur saya mencoba menyerap kira-kira apa yang terjadi, saya berencana memperbaikinya, sayangnya niat saya luntur karena saya terburu berpikir positif, bahwa tadi karena sisi sensitif saya tiba-tiba muncul. Interaksi terjadi dengan biasa dan sisi positif saya menjadi gunung kilimanjaro, saya percaya hubungan saya dengan teman-teman saya baik-baik saja.

Saya salah ternyata. Sodara-sodara!!! saya salah....

Dalam sebuah situs pertemanan, saya mendapati beberapa status yang menurut saya erat hubungannya dengan hal yang terjadi siang hari tadi. Saya kesal. Saya capek bermuka manis. Saya ingin menjadi iblis.

Dan, sesaat kemudian iblis pun masuk ke sanubari saya.

Kadang saya berpikir kalau saya ini terlalu manja terhadap diri sendiri. Maunya hidup dalam dunia saya sendiri. Saya ogah memikirkan orang lain. Saya malas melihat situasi sekeliling saya, bahkan saat saya sendiri melihatnya. Atau malah saya salah. Saya kadang terlalu berpura-pura untuk menerima lingkungan saya dengan segala babak-belur yang ada. Saya membutakan diri saya. Saya membuat diri saya bodoh.

Nasi sudah menjadi bubur? tentu saja tidak. Lagi, kembali, saya berpikiran iblis, bahwa siapa yang berani macam-macam dengan saya akan menanggung resikonya,  meskipun hanya sejenak.

Read Users' Comments (0)

Catatan tak penting?

Sudah hampir tengah malam sekarang ini. Aku masih bersemangat untuk terjaga, kantuk belum sedikit pun menyapa. Jiwaku melayang. Tanganku sekejap mengetik namamu dalam sebuah mesin pencari. Namamu muncul dalam ribuan laman. Laman pribadi, social network, dan sejuta produk web lainnya. Aku masih mengenangmu. Aku buka folder pribadiku. Kupandangi fotomu. Kubuka laman pribadimu. Kubaca tulisanmu. Kubaca diari onlinemu. Entah kenapa aku masih suka. Suka padamu. Tinggal menghitung hari untuk merayakan hari kelahiranmu. Hari dimana umurmu dikurangi satu tahun. Umur yang selalu kamu sembunyikan dari wajahmu. Kamu memang tiada duanya. Kamu memang terindah buatku. Namun kamu hanya sebuah angin bagiku. Aku tak bisa merengkuhmu. Aku tak bisa menggapaimu. Aku hanya bisa merasakanmu.

Read Users' Comments (0)

the Amazing Race Asia season 4 has a winner

Nggak kerasa the Amazing Race Asia season 4 sudah selesai, dan duo Pinoy menang. Gak bisa di pungkiri memang, tim tersebut paling tangguh diantara yang lain. Season ini di ikuti oleh sepuluh tim yaitu Yani&Nadine: Indonesia; Natasha&Hussein: Indonesia; Allan&Wendy: HK; Ivan&Hilda: Malay; Ethan&Khairie: Malay; Michelle&Claire: Singapore; Richard&Richard: Philipines; Jess&Lani: Philipines; Dimple&Sunaina: India; Manas&Sahil: India.

Di awal musim, tim Indonesia nggak berdaya, kurang kompetitif, satu lagi terlalu percaya diri, hasilnya, Yani&Nadine adalah tim pertama yang tereliminasi, sial memang, mereka hanya terpaut sedikit dengan tim sebelumnya. Perjalanan dimulai di Malay. Hufft!!! kenapa mesti Malay sih? kenapa AXN kantornya juga disana sih? dan yang bikin kesel lagi, Malay di datangi untuk dua episode awal, Penang, dan Kota Kinabalu. 

Episode demi episode terus bergulir, duo Pinoy memang terlihat menonjol diantara yang lain, bagaimana tidak, mereka laki-laki, muda, dan sama-sama bugar, hanya satu kelemahan mereka, salah satu Richard ternyata takut ketinggian, selain itu tidak terlihat cacatnya. Kompak abizzz. Tim lain yang kuat adalah Ethan&Khairie, sama dengan duo Pinoy, mereka juga kompak, hanya saja Ethan banyak memiliki titik lemah. Bagaimana dengan tim lainnya? pendapat saya, Ivan&Hilda, saya sempat menjagokan mereka, sayang Hilda terlalu lembek, dia adalah titik terlemah dalam timnya. Yani&Nadine, typical drama-queen yang Indonesia banget, yang ngarteeesss abizzz. Allan&Wendy, mereka tidak kompak, dan saling menyalahkan, apalagi kalau sudah berantem dan egoisnya muncul, bubar jalan pokoknya. Sahil&Manas, mereka sama seperti duo Pinoy dan duo Malay, hanya saja bodoh, tidak mempunyai perhitungan, tidak efektif, slebor istilahnya. Sangat disayangkan memang, tim muda yang seharusnya bisa kompetitif justru sebaliknya. Lain halnya dengan Dimple&Sunaina yang begitu kompak, hanya nasib buruk yang akhirnya mengeliminasinya, tim ini penuh perhitungan dan saling mengerti satu dengan lainnya. Tim yang juga layak diacungi jempol adalah Jess&Lani, tim ini berturut-turut berada di posisi pertama dalam tiga tahap, hanya karena menghemat uang akhirnya mereka tereliminasi di Korea, Michelle&Claire menyebutnya "buat sewa sopir taksi mereka tak punya, tapi belanja baju dan lipgloss selalu tersedia". Jess& Lani juga beberapa kali menggunakan kecantikannya kepada petugas demi mendapatkan rute yang cepat, hal ini yang akhirnya membuat tim lain begitu benci terhadap mereka. Michelle&Claire sendiri adalah tipe yang tidak gampang menyerah, dan kompak selalu, dalam final begitu kelihatan kalau mereka adalah tim yang kuat, setelah ketinggalan sepuluh jam dari dua tim lainnya, mereka bisa menyusul dan berada di posisi ke dua, dan hanya berselisih beberapa menit dari sang juara. 

Stop!!!

Kita belum membahas tentang Natasha&Hussein. Tim Indonesia ini cukup membanggakan, dan berada di posisi ke tiga. Dalam awal kompetisi, mereka selalu berada dalam dua atau tiga terbawah, kurang pengukuran, kurang kompetitif, tidak efisien, menjadikan mereka tertinggal, namun sedikit demi sedikit mereka bangkit dan masuk ke final. Dalam final, mereka sudah unggul beberapa jam dari tim lainnya, hanya karena restoran buka siang akhirnya tersusul, apalagi saat harus meniti Gedung Marina Bay Sands, Hussein tidak melakukan hal tersebut dan kena penalti, bukan hal pertama mereka tidak menyelesaikan tugas, sungguh memalukan memang. Hussein disini sudah berumur, mungkin mendekati 60 tahun sehingga kesehatannya gampang terganggu, lain halnya dengan Natasha, yang meskipun terlihat cerdas, ia merupakan anak manja dan penakut akan banyak hal. Namun demikian, mereka berhasil berada di posisi ke tiga, dan sekali menjadi juara untuk mendapatkan hadiah liburan ke Maldives, menarik bukan?

Race kali ini sudah mendaki Malay dengan berjalan ke patung buddha terbesar di Penang dan berasyik masyuk dengan suku Dayak di Kota Kinabalunya, menikmati kesemarwutan Srilanka, mencoba bermain ski dan menjadi peternak di New Zealand, menjadi bagian dari Aborigin di Aussie, ikut Perang Kopat di Lombok, sampai harus menjadi monyet ala tarzan di Korea, dan terakhir berkeliling icon terbaru Singapore di Marina Bay Sands. Menarik, memikat, dan menggoda iman. Kapan saya ke sana?

Race Asia ini memang tidak bisa ditandingkan dengan Race World-wide, jauh sekali perbedaannya, mulai dari tim, Race Asia kebanyakan orang yang sudah memiliki nama di negaranya sendiri, paling tidak dalam hal kecil. Dalam tugas pun mereka lebih mudah, dan banyak sekali bantuan yang diberikan, intinya terlalu banyak toleransi. Kemudian, tentang rule the race, dimana di sini dikasih tau mana kesalahan dan penaltinya, tidak demikian di World-wide. Bisa jadi ini karena faktor hadiah, dan tentu saja sutradara dan keinginan produsernya. Saya menilai orang asia kurang kompetitif di banding bule, hehehe.

Bagaimana pun juga, saya tetap suka acara ini, tahun depan janjikan yang lebih menantang dan bagus. Saya tunggu.

Hasil selengkapnya:
1.   Richard&Richard
2.   Michelle&Claire
3.   Natasha&Hussein
4.   Jess&Lani
5.   Ethan&Khairie
6.   Dimple&Sunaine
7.   Ivan&Hilda
8.   Sahil&Manas
9.   Allan&Wendy
10. Yani&Nadine

Read Users' Comments (0)

Bola liar dan panas

Malam ini hampir semua teman saya menulis status tentang pertandingan antara Indonesia melawan Thailand di penyisihan Piala AFF. Mulai dari awal pertandingan, saat kebobolan, saat penalti, saat membobol gawang lawan, dan tentu saja saat menang. Teman-teman saya semua terlibat dalam euphoria ini, bahkan yang tidak suka menjadi ikut-ikutan suka. Bagaimana tidak, tim Indonesia yang notabene selalu main jelek tiba-tiba membuat kejutan dari awal kejuaraan ini di gelar. Melawan Malaysia, Indonesia menunjukkan taringnya dan menang 5-1, pertandingan berikutnya, melawan Laos dan puas menggundulinya dengan skor 6-0, puncaknya tadi saat melawan raksasa sepakbola Asia Tenggara, Thailand, Indonesia menang 2-1. 

Biar bagaimana pun, sepakbola sepertinya tetap menjadi olahraga paling populer di negeri ini, meskipun prestasinya tidak bagus, masyarakat selalu menantikan sesuatu darinya, sama seperti cabang yang lain, yang juga mulai timbul tenggelam prestasinya. 

Satu hal yang menarik lainnya dari event ini adalah munculnya nama Irfan Bachdim dan Christian Gonzales, nama pertama yang paling gencar di bicarakan hingga selebritas pun kalah pamor dengannya akhir-akhir ini. Gol dan permainannya memukau masyarakat. Saya sendiri masih tidak tahu seperti apa, karena sejauh ini, saya tidak sekalipun menonton. Tidak tertarik.

Namun, malam ini Bambang Pamungkas lebih digdaya, lebih moncer, Irfan bachdim dibuat layaknya pudel yang gak punya taji, menang sangar doang, Bambang Pamungkas terbukti masih punya taji.

Kisruh sepakbola Indonesia sepertinya masih terus berlarut-larut, terutama sesuatu yang terjadi dengan ketua umumnya yang tak tahu diri, tak tahu malu, dan banyak kata cacian yang pas buatnya. Terlalu banyak borok yang ada dalam dirinya, saya tidak mau menambahkan lagi. Masyarakat sudah tahu seperti apa itu.

Sudah malam, saya ngantuk. Selamat buat Indonesia maju ke semifinal, mudah-mudahan bisa juara untuk yang pertama kalinya. Go Go Go Indonesiaku!!!!!!

Read Users' Comments (0)

Jiffest 2010: You Made This Happen!!!

Alhamdulilah, akhirnya gelaran jiffest selesai sudah. Hari-hari dimana saya harus mengejar kereta terakhir dan membawa motor saat pagi menjelang berakhir sudah. Senang, gembira, bangga, capek, sakit, ngantuk, campur aduk jadi satu. 

Alhamdulilah, acara tahunan yang sudah memasuki angka 12 ini jadi di gelar. Seperti diketahui sebelumnya, acara ini berada dalam kesulitan finansial yang berimbas pada batalnya acara. Tema "Save Jiffest" pun diadakan. Kegiatan donasi di selenggarakan demi keberlangsungan acara. Alhamdulilah, sebuah produk telepon selular menjadi sponsor dan acara ini akhirnya terselenggaranya. Pesan yang ada di intro film adalah "You Made This Happen" untuk para donatur yang sudah berkorban selama program Save Jiffest.

Sungguh menyedihkan memang, sebuah institusi yang bersebelahan visinya dengan acara ini tidak menjadi sponsor, mungkinkah alasan keterbatasan dana promosi menjadi jawabannya, saya sendiri tidak tahu. Hanya saja, menurut hemat saya, institusi tersebut terjun langsung ikut sebagai punggawa helatan ini. Alih-alih institusi yang mengusung merk "100% Cinta Indonesia" yang menjadi salah satu pendukungnya. Saya 1000% Cinta Mati sama Indonesia!

Acara ini akhirnya terselenggara, dan menurut saya tidak semenarik tahun sebelumnya. Hal ini pasti terjadi mengingat kronologi yang terjadi. Pertama, venue diadakan di Pacific Place, tempat yang menurut saya kurang menarik perhatian penonton lain, saya sendiri melihat PP sebagai tempat yang kurang nyaman untuk menghabiskan waktu, bisa saja sebagian calon penonton melihat hegemoni PP terlalu wah, lain lagi pendapat teman saya, mereka berpendapat, kenapa acara diselenggarakan di PP, karena mepet, sehingga venue di GI sudah terisi acara lain. Kedua, ternyata ada beberapa film yang sampai dengan jam penayangannya belum sampai di lokasi, kok bisa? saya sendiri tidak tahu jawabannya, kemungkinan masih karena mepetnya waktu yang tersedia. Ketiga, Jam tayang terlalu sore, acara di mulai jam 5 sore. Hal ini jelas mengurangi minat yang tidak bekerja 8-5 untuk menonton. Yang terakhir menurut saya, sebenarnya masih banyak hal lain, tapi susah menulisnya. Hal terakhir adalah filmnya sedikit, dan kurang merata baik dari segi genre maupun negara produksinya. 

Acara jiffest tahun ini saya membeli enam buah tiket, dengan hanya empat yang berhasil saya tonton, dua sisanya saya tepar. 

Film yang berhasil saya tonton adalah When We Leave, film yang membuat saya jengah dengan tingkah polah keluarga turki, benarkah kehidupan seperti itu ada disana, dimana pria adalah segalanya, dan wanita adalah miliknya. Menyusul kemudian adalah Son of Babylon, sungguh sial saya menonton yang satu ini, air mata saya bercucuran saat pemutaran berlangsung, saya ingat ibu saya di rumah, betapa cinta seorang ibu terhadap anaknya, cucunya, begitu sebaliknya, saya menangis saat sang cucu membasuh muka neneknya, saya menangis saat sang nenek mencium pintu masjid, saya menangis saat sang cucu kehilangan neneknya, apa yang akan dia lakukan? sungguh kejam akibat dari perang, kalau sudah demikian apa yang harus saya lakukan? Film ketiga adalah film documenter Armadillo, film yang tidak seharusnya saya tonton, karena saya membeli tiket Turk's Head, sehubungan dengan belum datangnya film di lokasi, maka terjadi perubahan rencana, film yang menurut saya ragu-ragu, apakah benar ini dokumenter? mengingat angle dan hasil tangkapan gambar menurut saya kurang dokumenter. Film terakhir adalah Scott Pilgrim, yeah!!! dengan jualan para pemain kelas dunia dan sudah banyak yang dikenal, film ini menjadi magnet utama acara jiffest ini. Film ini bergaya tidak biasa, bercerita tentang cinta dengan gaya komik yang khas. Sungguh aneh pada awalnya, dan mendapati keseluruhan cerita saling berurutan dengan gaya komik jepang, dijamin beda!

Akhirnya saya ucapkan selamat atas terselenggaranya acara ini, mudah-mudahan tahun depan bisa lebih baik lagi dari sekarang, buat saya sendiri harus lebih siap fisik dalam menikmati hari begadang sampai pagi di rumah pulang dari acara berlangsung.

Read Users' Comments (0)

Malam satu suro

Apa sih yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata "suro". jawabannya pasti beragam. Bagi saya sendiri, mendengar kata suro berarti ingat kejawen, ingat keris, ingat takut, ingat mendiang bapak, ingat beragam ritual yang di gelar berbagai komunitas seantero jawa, dan hal lain yang berbau magis.

Waktu saya kecil, saya paling takut mendengar kata suro. Suro identik dengan hal berbau magis dan mistis, apalagi waktu itu saya besar di lingkungan kejawen. Pemuda-pemudinya banyak menghabiskan waktu untuk kungkum di sendang, nyepi di tempat yang terkenal angker, mbakar kemenyan, berdua-dua di keramaian, dan masih banyak lagi. Yang pasti saya membayangkan hal-hal seram sebagaimana orang-orang lingkungan saya bercerita bagaimana mereka melewatkan malam satu suro.

Seiring berjalannya waktu, saya melihat hal positif juga dari perayaan satu suro, seperti acara yang di gelar di kotaku sendiri Wonosobo, atau Jogja dan Solo dimana selalu menampilkan atraksi keliling alun-alun, membagi bancakan, dan gunungan yang siap di serbu semua kalangan. Positif disini bisa saya nikmati tanpa rasa seram mengganggu. 

Tadi sore, Ibu saya menelepon, dengan suara serak karena sedang sakit batuk, beliau berpesan supaya menghubungi adik saya untuk berpuasa karena satu suro adalah wetonnya. Beliau kemudian bercerita panjang lebar tentang masa dimana bapak saya masih hidup. Bapak saya selalu berpuasa weton, baik wetonnya sendiri, yang kebetulan sama dengan saya, maupun anggota keluarga yang lain. Ngomongin masalah weton, weton saya kamis wage, atau malam jumat kliwon, menurut ajaran jawa, seseorang yang lahir pada hari tersebut memiliki watak yang sangat keras, dan bla bla bla sederet hal lain yang bisa dilihat melalui internet jaman sekarang. 

Kembali ke satu suro. Satu suro juga ternyata bertepatan dengan Tahun Baru Hijriyah. Dan, kenyataannya bahwa saya akui kalau saya baru menyadarinya beberapa tahun terakhir ini, sungguh memalukan.

Malam ini malam satu suro, banyak hal yang saya harapkan dengan datangnya hari baru esok hari, mulai dari kesehatan, karir, keluarga, dan segunung keinginan dan nafsu yang seharusnya saya malu karena terlalu banyak meminta.

Buat mendiang bapak, I love you so much....

Read Users' Comments (0)

Pulau Harapan, Kepulauan Seribu

Perjalanan ke Pulau Harapan, pulau yang hanya dipisahkan oleh semacam jembatan yang dibuat secara permanen dengan cara menguruk jarak antar pulau dengan Pulau Kelapa terletak di bagian utara gugusan Kepulauan Seribu saya lakukan satu minggu setelah libur lebaran berakhir. Saya bergabung dengan satu kelompok luar biasa penggemar alam Indonesia.

Untuk bisa sampai kesana, kami menggunakan perahu yang biasa melayani rute Muara Angke - Pulau Kelapa. Kapal yang masih tergolong tradisional ini melayani rute tersebut setiap hari dengan keberangkatan dari Muara Angke pada pagi hari jam 7 pagi, dan sampai di dermaga Pulau Kelapa antara jam 10.30 - 11 tengah hari bergantung pada cuaca dan gelombang laut.

Perjalanan menuju Pulau Harapan dilakukan dengan berjalan kaki, sebagian rombongan lain menggunakan jasa becak, angkutan lokal yang menjadi andalan disana. Perjalanan memakan waktu kurang lebih sepuluh menit. Pulau Kelapa dan Pulau Harapan dipisahkan oleh laut dangkal dengan lebar tidak lebih dari seratus meter. Hal ini yang kemudian membuat pemerintah setempat berinisiatif menguruk jarak tersebut dengan membentuk jalan untuk memudahkan akomodasi dan meningkatkan lalu lintas ekonomi antar ke dua pulau.

Rumah-rumah penduduk tergolong sangat rapat namun rapi dan teratur dengan jalanan dari paving dan hampir setiap rumah memiliki pagar. Hal lain yang cukup menarik disini adalah kebersihan lingkungan rumah yang cukup terjaga. Yang masih menjadi pertanyaan adalah, bagaimana mereka membuang sampah?

Secara geografis, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan terletak di bagian utara Kepulauan Seribu dimana kedua pulau tersebut di kelilingi oleh hampir tiga puluh pulau sebagai benteng atas cuaca ekstrem yang kerap terjadi. Selama saya disana, cuaca sangat tidak bisa di prediksi, dalam lima menit tiba-tiba cuaca mendung gelap dan hujan, hal tersebut kemudian berubah cerah hanya dalam tempo singkat.

Bagi yang hobi berolahraga air, terutama snorkeling, tempat ini sangat cocok, hanya dengan menyewa perahu dari nelayan lokal dan berbekal panduan dari nelayan tersebut, kita bisa diantar berkeliling pulau-pulau di sekitar yang jumlahnya puluhan untuk mencari tempat menjelajah dan mencari pemandangan dasar laut dangkal yang bagus.


Hal lain yang menarik adalah gradasi warna air yang sungguh elok. Warna hijau toska dengan biru laut sungguh menawan berpadu dengan pasir putih dan semak belukar pepohonan di pantai. Bisa dilihat pada gambar pertama diatas, bagaimana gradasi warna tersebut sungguh nyata. Elok.

Selain melakukan snorkeling, hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan mendatangi pulau-pulau tak berpenghuni yang sungguh menarik. Selain gradasi warna tersebut, tentu saja keelokan pulau yang luasnya saja tidak seberapa itu. Di beberapa pulau terdapat semacam laguna berair jernih warna hijau dimana pada saat surut air tersebut bisa digunakan untuk berenang. Bagi yang hobi fotografi, lansekap yang disajikan juga sungguh menawan.

Bagi saya sendiri, hal yang paling menarik adalah saat naik kapal perjalanan datang dan kembali ke Muara Angke. Riuh para pelancong saling bergurau sangat kontras dengan para penduduk lokal yang begitu sampai di kapal akan mencari posisi terbaik untuk bersandar dan tertidur. Dentuman kerasnya ombak bisa saja membuat kita pusing, apalagi saat musim angin. Sama seperti saat saya kemarin, kapal terombang-ambing membuat pusing dan yang pasti jantung berdetak lebih kencang dari biasa.

Read Users' Comments (0)

Singapore: sebuah awal perjalananku


Perjalanan kali ini sudah jauh hari di rencanakan, dalam arti, aku sudah membeli tiket pulang pergi tujuan Singapore, tetapi dalam hal penginapan, tempat yang akan dituju, dan uang tidak dalam rencana. Awalnya aku hanya iseng saja membuka laman airasia, melihat fare yang ditawarkan cukup terjangkau, akhirnya aku memberanikan diri untuk melakukan pemesanan. Akhirnya saat melakukan pemesanan, salah satu temenku, Alex, yang memang sudah merencanakan perjalanan tersebut jauh sebelum aku memberi penawaran yang cukup menarik, berbagi harga kamar dan teman perjalanan, karena, disamping itu, ia juga akan bersama teman lainnya.

Sebenarnya, aku ingin melakukan perjalanan seorang diri, kemana pun tidak terbebani dengan suka atau tidak suka dari teman perjalanan. Hanya saja, waktu itu aku tidak tahu berpikiran seperti apa. Begitu saja.

Mengapa Singapore? Dibawah ini aku akan menjelaskan satu per satu penyebabnya.

Pertama, harga tiket yang ditawarkan cukup terjangkau, kalau dihitung sama saja dengan pergi ke Surabaya, atau Jogja. Yang kedua adalah, dari segi bahasa masih bisa di-handle, tau sendiri dong bagaimana sekarang bermunculan vocab-vocab baru model Singlish, yang sumpah, aneh banget kalau di dengerin.

Ketiga adalah, pengen banget melihat bagaimana wajah sebenarnya disana. Yang orang-orang gembar-gemborkan, yang media agung-agungkan, dan masih banyak hal lain yang kelihatannya wah dan lux. Mari segera kita cari kebenarannya. Benar adanya, atau hanya bualan belaka?

Yang keempat yaitu pengen merasakan tidur di hostel a la backpacker, tidur di dormitory begitu bercampur dengan traveler lain, bagaimana rasanya? Apakah sama seperti yang dituliskan di buku-buku panduan perjalanan atau berbeda?

Read Users' Comments (0)

Sore itu

Sore itu, cuaca sedikit redup oleh tutupan awan yang tampak compang-camping dari jendela kamarku. Semilir angin masuk melalui ruang udara yang terbuka. Segera aku katupkan ruang udara itu. Sangat tidak nyaman berada dalam situasi seperti ini, ragaku seakan enggan untuk melakukan hal yang berguna. Ia berontak, memaki, kemudian memohon untuk tetap duduk sambil pasrah menikmati apa yang ada. Samar-samar masih terasa angin dingin menyapa dan tercium bau tanah basah. Ragaku masih memohon untuk tidak bergerak.

Sore itu, di bulan Desember, dimana seharusnya keriaan dan kesukacitaan bergandengan tangan, berubah seakan tidak ada orang lain di dunia ini. Aku tepekur, duduk, diam, sambil sesekali merapikan selimut untuk menutupi bagian tubuhku yang telanjang.

Sore itu, sudah lebih dari enam puluh menit aku merenung tanpa memikirkan apapun. Aku menerawang, memandang, dan terus melirik, menatap berputar seputar ruangan. Ruangan kecil itu seakan tak kuasa menjadi objek atas ketidakwarasanku.

Sore itu, dunia seakan berhenti. Seketika aku makin diam. Tak bergerak. Apakah benar adanya? atau hanya sebuah delusional emosi.

Sore itu, yang sebenarnya aku sedang berkelana dalam alam lain. Pikiranku mengembara mengikuti hilangnya kewarasanku.

Read Users' Comments (0)

Kala itu, kami bersama... bagian ke-1

Anyer, March 2007














Acara Kantor, End of 2009





Umum, early 2007





New Year's Camp, Cisaat 2010













Plaza Semanggi, Ramadhan 2009





my Lovely D105tax, 2004




Pangandaran, summer 2009






Guci Tegal, around 2006





Stick with Mr.Yulfian, around 2005





yeah!!! Lovely 2009

Read Users' Comments (0)

Riangnya bertubing di Cisaat

Acara ini kami lakukan saat pergantian tahun 2010 kemarin. Kami mengadakan acara kemah a la hotel bintang lima di Rakata Cisaat Sukabumi. Hal paling menarik kenapa aku begitu ngotot menyodorkan tempat ini adalah kami-atau lebih tepatnya aku, bisa mencoba tubing di sungai, berdiam diri naik diatas ban mobil mengikuti arus sungai yang tidak terlalu deras. Aku, tentu saja kelihatan yang paling antusias, aku melihat rekan yang lain diliputi kecemasan, mereka ada yang berpikir tidak bisa berenang, padahal aku juga sekedar bisa berenang a la kadarnya. Ada yang dasarnya memang penakut, memangnya aku pemberani ya? dan sebagainya. Tapi sesaat kemudian saat menyentuh air sungai, semua histeria.

Tubing, yang aku sendiri tidak paham maksudnya kenapa disebut seperti itu, secara sederhana yaitu menyusuri sebuah aliran sungai, berhubung kita ditaruh didalam sebuah ban tentu saja aliran sungai yang dipilih tidak boleh terlalu deras, tetapi banyak jeram sehingga kemungkinan untuk terbalik atau terjungkal dari ban menjadi lebih besar, justru disini seninya. Sama halnya dengan naik banana-boat, kalau tidak dijungkir-balikkan, gak dapet kesannya.

Awal dibriefing sedikit berkurang rasa antusiasku, pertama, aku tidak memakai sepatu dimana sepatu adalah perlengkapan nomor wahid yang wajib di pakai. Wajib diingat, kita menyusuri sungai dimana kemungkinan terkantuk batu besar dan kecil pasti ada, bisa dibayangkan kaki kita tidak terbungkus oleh sepatu. Namun setelah sedikit berdiplomasi, kami diperbolehkan naik walaupun sebagian tidak memakai sepatu. Setelah memakai alat keselamatan standar, versi mereka, versiku belum standar, karena siku belum terlindungi, gesekan dengan batu sangat dominan, selain kaki, siku adalah bagian lain yang sering bersinggungan dengan batu. Walaupun panitia bersikukuh bahwa siku seharusnya dimasukan ke dalam ban, kenyataannya kita terkadang lupa akan hal itu.

Terbilang 3 aku terjungkal dari ban itu. Sangat menyenangkan. Saat-saat paling menegangkan yaitu saat menemui jeram, seketika adrenalin naik, kaki ancang-ancang tambah naik akibat tidak memakai sepatu, dan tangan tanpa sadar ikutan naik, begitu jatuh, byur! Seketika lenyap, yang ada hanya ceria, tertawa, kok bisa jatuh?

Hal lain yang didapat adalah, bokongku dan beberapa dari yang lain mengalami hal yang sama, terkantuk batu di dasar sungai. Pinggang pun demikian, meski tidak dominan.

Setengah perjalanan kami diwajibkan untuk beristirahat dan disuguhi teh manis hangat, sungguh nikmat terasa, kala badan menggigil kedinginan, seduhan teh manis hangat sangat terasa bagai oase di gurun pasir.

Jarak total yang kami susuri hampir lima kilo. Dan begitu sampai di pemberhentian terakhir rasanya nagih. Pengen lagi dan lagi. Oya, aku mendapat oleh-oleh pacet 2 gigitan di kaki, dan rasanya gak enak.

Kami senang, teman-teman yang awalnya takut sekarang bergembira, walaupun ada yang kena gigit pacet, seperti aku, ada juga yang kehilangan sandalnya, secara keseluruhan kami-lebih tepatnya aku, ketagihan.

Read Users' Comments (0)

450 kilometer, 13 jam, dan hampir mati karenanya

Ini mungkin salah satu kekonyolan yang aku lakukan. Sabtu pagi, aku berkemas cepat, hari sudah agak siang, sudah menjadi kebiasaanku, selalu bangun diatas jam 8 kala libur. Setelah mengisi tangki bensin dan sarapan kilat aku berangkat menuju Ujung Genteng.

Perjalanan dimulai dengan ditemani indahnya Gunung Salak di depan. Aku memacu motor dengan kecepatan 40 – 60 km per jam. Rute Cibinong – Bogor tampak biasa, aku sudah hafal dengan jalanannya dan memang secara umum baik. Menyusuri Jalan Pos aku berbelok ke kanan di perempatan Plaza Jambu Dua menyusuri jalanan yang dahulu kala sewaktu Bogor masih dengan sebutan Buitenzorg adalah hutan karet. Saat ini jalan tersebut masih menyisakan Pabrik Ban Goodyear, yang memang dulunya dibangun untuk memasok sadapan karet di sekitar daerah tersebut. Hal ini tidak terjadi saat ini, Goodyear mendatangkan bahan baku dari daerah lain. Hal baik yang masih terjaga adalah rimbunan pohon di sepanjang jalan yang mengerucut di Air Mancur Jalan Sudirman Bogor.

Pertemuan Jalan Sudirman dengan Jalan Jalak Harupat adalah sebuah Istana Megah dimana Sir Thomas Stamford Raffles pernah tinggal. Isteri tercintanya meninggal disini. Sangat disayangkan, melihat kondisi Bogor saat ini yang sudah sangat berbeda dengan awal dibangunnya Buitenzorg. Bogor hanya menyisakan Jalan Jalak Harupat sebagai jalan bebas kendaraan bermotor pada hari minggu antara jam 6 sampai 9 pagi. Masih banyak jalur dan ruas lain yang seharusnya ikut meramaikan kondisi diatas.

Setelah melewati Jalan Suryakencana dan melihat beberapa peninggalan bangunan Bogor Lama, aku sampai di Jalan Raya Tajur. Jalan yang masih beralas beton keras, bukan aspal ini sangat tidak enak dilalui, harus ekstra fokus dan hati-hati karena bergelombang, dan banyaknya polah pengendara lain yang tidak baik. Jalur ini juga sangat tidak teratur, tidak ada median jalan sehingga para pengendara berhak mengklaim jalur seenaknya. Hal ini makin diperparah di Ciawi. Benar-benar harus hati-hati, banyak sekali mobil pengangkut air minum kemasan dan peti kemas. Aku sempat memaki seorang sopir angkot karena dengan seenaknya nyelonong, hal ini mengakibatkan aku diapit angkot tersebut dan mobil tronton, jantungku berdetak kencang saat melihat jarak sebelah kananku hanya menyisakan beberapa senti dari roda si tronton.

Jalur antara Ciawi sampai Caringin sangat buruk, bergelombang dan banyak lubang menganga, hal ini makin memperburuk suasana melihat jalurnya sempit dan penuh dengan kendaraan super besar yang menyiutkan nyali. Aku tidak habis pikir saat beberapa motor menyalip tronton super besar padahal di arah berlawanan ada bus dengan kecepatan yang bisa dibilang cukup berani untuk jalur padat begini. Lebih parah lagi, hampir semua angkot dan mobil model L300 menyalip lewat bahu jalan, bukan bahu jalan sebenarnya karena tidak beraspal, bahkan di kala musim hujan begini banyak menyisakan kubangan besar dan licin. Aku hanya manggut-manggut sambil mendengarkan musik di telingaku mengikuti mobil di belakang tronton.

Jalan menjadi sedikit enak dilalui selepas Caringin. Apakah ini karena pengaruh kepadatan yang bisa dibilang sudah tidak ada, atau karena tiba-tiba angkot tidak tampak di depan mata? Entahlah, akhirnya aku bisa memacu motor diatas 60 km per jam.

Tangan kanan sudah agak kaku, dan badan rasanya sudah kelu. Akhirnya aku beristirahat sebentar sambil meregangkan otot di sebuah pom bensin sebelum masuk Sukabumi. Jam menunjukan angka 11.

Memasuki kota Sukabumi aku menjadi buta arah. Aku terus memacu motorku ke depan sampai aku menyadari kalau bus yang aku lewati maupun berpapasan denganku menunjukan Jurusan Sukabumi – Bandung. Saat melewati tonggak kilometer ke-14 akhirnya aku bertanya kepada seorang pengemudi motor yang kebetulan sedang beristirahat. Bodohnya aku, ini adalah jalur menuju Cianjur dan Bandung, dan bodohnya lagi, aku sudah menghabiskan setengah perjalanan sia-sia menuju Cianjur karena jarak Sukabumi – Cianjur hanya 31 km. Akhirnya aku berbalik arah dan memacu kecepatan lebih kencang sampai akhirnya aku menemukan sebuah papan penunjuk jalur alternatif menuju Pelabuhan Ratu. Jalur alternatif ini bisa dibilang tidak bagus, bergelombang, dan banyak cerukan. Khas aspal Indonesia, sangat mudah terkelupas, adakah jalanan di Indonesia yang mulus sepanjang tahun?

Selepas pertigaan yang berujung pada jalur ramai, aku menyadari kembali kalau aku salah jalan. Saat bertanya, memang benar, aku menuju Kota Sukabumi. Setelah berbalik arah dan kembali memacu kecepatan, aku menemukan jalur sempit tetapi mulus. Beberapa kemacetan terjadi, penyebabnya adalah angkot yang ngetem di depan pabrik, sepertinya saat bubaran pabrik, dimana-mana sama kelakuan angkot. Gak ada sopan-sopannya!

Setelah hampir 20 km aku menuju selatan, aku menemukan pertigaan bertuliskan Surade. Namun, setelah berbelok aku merasa kalau aku salah jalan, tiba-tiba aku masuk ke sebuah perkebunan milik PTPN. Aku masih yakinkan kalau aku dijalur yang benar, aku sudah melewati 120 km dari Cibinong sampai dengan daerah antah berantah ini. Beberapa saat kemudian aku menemukan sebuah papan penunjuk, Surade 104 km, Ujung Genteng 125 km, OMG! Ya Tuhanku! Benarkah jarak yang tertera pada papan penunjuk itu? Itu artinya aku baru setengah jalan? Aku pikir jarak Ujung Genteng dari Sukabumi antara 50 – 60 km, ternyata aku salah besar.

Perjalanan sepertinya menarik, sepanjang jalan kanan dan kiri penuh dengan hutan tanaman industri, dan beberapa tempat istirahat sama seperti di daerahku Wonosobo, setiap ada hutan ada tempat istirahat dan sebuah warung makan. Akhirnya aku menyerah. Ditengah hutan ini aku menemukan sebuah musholla kecil, aku berhenti untuk sholat sambil makan snack dan minum air putih yang aku bawa. Musholla ini ternyata milik Pusat Pengendali Lanud Atang Sanjaya Bogor.

Akhirnya setelah melewati hutan, pemandangan berganti menjadi perkebunan teh. Namanya kalau tidak salah adalah Perkebunan Tugu. Perkebunan teh ini sedikit berbeda, agak jarang dan sepertinya tidak sebagus perkebunan teh lain yang pernah aku jumpai. Jalur menjadi berkelak-kelok dan memusingkan. Sejak kecil aku selalu mabuk darat kalau melewati jalanan berkelak-kelok seperti ini. Banyak sekali terdapat tikungan tajam, tetapi jangan khawatir, jalanannya bagus.

Pemandangan berganti menjadi hutan rakyat, yang berarti banyak permukiman penduduk di sekitarnya. Aku mulai khawatir melihat jarum penunjuk bensin. Kalau sepanjang jalan hanya hutan dan hutan dimana aku harus mengisi bensin?

Sepanjang jalan tidak dijumpai pom bensin, yang ada masyarakat yang menjual bensin eceran. Akhirnya aku mengisi bensin sampai penuh untuk berjaga-jaga. Pemandangan menjadi biasa, hutan rakyat dan beberapa rumah dengan jarak yang berjauhan, dan pengelupasan jalan, bahkan dibeberapa titik terdapat lubang yang cukup berbahaya.

Setelah melewati sebuah kota kecamatan bernama Lengkong, jalanan menjadi biasa, sangat biasa, tidak ada pemandangan yang bagus lagi. Sebenarnya aku sudah sangat kelelahan, jam menunjukan angka 3, dan aku belum melihat papan penunjuk lagi. Setelah jalanan rata aku melihat sebuah papan penunjuk bertuliskan Surade 15 km. Aku mendapat energi baru. Temanku memberitahu kalau Surade ke Ujung Genteng hanya 10 km. Aku memacu motor dengan kecepatan baru.

Sesampainya di Surade aku sedikit terkejut, kupikir Surade adalah sebuah kota kecamatan yang ramai, ternyata hanya kota kecamatan yang tidak berbeda jauh dengan yang kulewati sebelumnya. Aku terus memacu motor dengan satu tujuan, begitu sampai di Ujung Genteng aku akan turun dan langsung berguling diatas pasir pantai.

Perjalanan dari Surade ke Ujung Genteng sangat bagus, pepohonan kelapa di kiri kanan dan beberapa petani sedang mengambil sarinya. Dari jalanan ini aku banyak melihat penduduk lokal yang naik motor dengan penumpang 3 orang, sangat berbahaya tentunya, apalagi mereka rata-rata diselingi senda gurau.

Akhirnya aku sampai di Ujung Genteng, aku lihat arloji dan waktu menunjukan jam 4 sore. Itu artinya aku sudah mengendarai motor selama 7 jam! Segera saja aku lepas semua jaket dan tas, aku berguling di pasir yang tidak putih dan sambil menghirup napas aku beristirahat sejenak. Beberapa anak melihatku aneh, mungkin mereka pikir aku bukan hanya aneh, tapi juga nyleneh. Di tengah teriknya sinar matahari sore, aku berguling-guling bagai orang gila.

Setelah sejenak menggilakan diri aku kemudian menyusuri jalanan dan beberapa kali berbincang dengan penduduk lokal. Tujuanku kesini untuk mencari penginapan. Minggu depan kami, aku dan beberapa teman akan mengadakan acara disini, acara yang diselenggarakan setelah UAS. Berhubung penginapan yang terpampang di website sudah penuh akhirnya aku memutuskan menuju lokasi.

Ada beberapa penginapan yang aku masuki, hasilnya nihil. Akhirnya dengan gaya sok-kenal-sok-dekat aku meminta bantuan seorang bapak untuk mencarikan rumah penduduk yang bisa di pakai. Langsung nemu. Tanpa ba-bi-bu. Empat ratus ribu satu malam, dan bebas pakai.

Di perjalanan pulang menuju rumah bapak yang mengantarkanku, sang bapak bertanya, “Kasep (jadi tersanjung dipanggil begitu), ini sudah hampir malam, pulangnya kamana?” Khas dengan logat sunda. Akhirnya dengan berbohong aku bilang kalau aku menginap di Surade. Waktu menunjukan angka 5 dan dengan bergegas aku kembali memacu motor. Pulang. Ke Cibinong.

Perjalanan pulang dibawa dengan banyak perasaan. Pertama, senang dan lega, akhirnya mendapat penginapan. Kedua, takut, karena aku mau pulang mengendarai motor dengan kondisi kelelahan, dan medan yang dilalui cukup tidak bersahabat. Ketiga, capeeek. Keempat, ngantukkk. Stop! Apakah itu bisa disebut perasaan?

Sampai di Lengkong aku masih ditemani sinar matahari biarpun ia sudah kembang-kempis. Motor aku pacu diatas 80 km per jam. Saat gelap menyapa aku sudah berada di kawasan perkebunan teh dan sepanjang perjalanan aku hanya membaca Al Faatihah dan Yasin, sesekali mengucap Allahu Akbar! Efektif sekali karena perhatianku menjadi teralih, bunyi-bunyi seperti burung hantu dan beberapa bunyi lain menjadi tak terdengar. Perkebunan teh sebenarnya syahdu saat di lewati malam dengan sedikit bulan menggantung diatas, hanya saja karena kondisi kelelahan dan ngantuk, hal itu menjadi tidak berguna, tidak ada alas an untuk menikmati suasana. Perkebunan teh masih bisa dibilang cemen, karena sebentar lagi selepas ini aku akan melewati perkebunan karet milik PTPN yang setelah dilewati ternyata kondisinya gelap gulita, selama hampir 30 menit aku tidak menjumpai kendaraan, ucapan Allahu Akbar makin sering aku lontarkan. Nyambung gak ya?

Sesampainya di pertigaan yang ada penunjuk jalan Surade, jam menunjukan angka 8.25, sungguh cepat aku memacu motor di kala malam. Beberapa lobang di jalan aku terobos. Tujuanku supaya cepat melewati hutan dan perkebunan menuju peradaban kembali.

Aku sampai di Kota Sukabumi jam 9 malam, dan langsung memesan Nasi Goreng. Menginjakan kaki disini serasa beda getarannya, perasaanku kembali ke 5 tahun lalu saat masih bersama seseorang. Seseorang yang memberi bekas pada hatiku. Suka yang berlebih, dan luka yang dalam. Sambil makan nasi goreng waktu aku gunakan untuk beristirahat dan berhubung ini adalah malam minggu, pemuda-pemudi banyak yang berlalu lalang sambil bercengkerama dan bermesra-mesra. Ah, perasaanku kembali ke 5 tahun lalu itu.

Perjalanan setelah Kota Sukabumi agak padat, banyak sekali mobil dan truk besar. Dengan penglihatan yang tidak oke diwaktu malam, hal ini terjadi apabila banyak lampu, aku susah konsentrasi dan selalu merasa tidak bisa melihat apa-apa lagi kalau lampu sorot di depan terlampau besar. Aku mending melewati jalanan gelap tanpa ada lampu lain yang menyilaukan daripada kondisi begini.

Hal yang tidak akan kuingat seumur hidup adalah saat aku melewati daerah setelah Pabrik Pocari Sweat, saat turunan tiba-tiba mobil dari arah berlawanan menyalakan lampu yang sangat besar, aku tidak bisa melihat apa-apa di depan, beberapa lubang pada jalanan di depan luput dari penglihatanku, otomatis motorku bergoyang beberapa kali, seakan melayang, dan tanganku lepas dari setir, pahaku kena setang motor, dan kulihat di depanku sebuah truk tronton besar, jalanan licin, aku pasrah, tiba-tiba tanganku sudah ada di setang motor lagi dan dengan jantung dag-dig-dug tak karuan aku melihat motorku sudah ada di marka pembatas jalan dengan diapit 2 truk tronton dengan jarak minim, aku sadar saat tronton dari arah berlawanan membunyikan klakson yang super dahsyat. Terima kasih Gusti Allah, aku masih hidup.

Setelah itu motor aku pacu dengan kecepatan minim, 20 – 30 km per jam. Jantungku belum juga berhenti berdegup kencang, dan pahaku sakit sekali. Tangan dan badanku menggigil.

Sepanjang jalan menuju Cibinong aku lalui dengan ekstra hati-hati dan ekstra pelan, pelan seperti siput. Aku sampai di rumah jam 12 malam. Aku melihat hape dan jam 10 ibuku menelepon. Seketika aku mandi dan bersujud mengucap terima kasih padaNya.

Aku bangun ke-esokan harinya dan langsung menghubungi ibu, beliau semalam tidak bisa tidur, ingat padaku. Waktu beliau nelpon aku, sepertinya saat aku sedang mengalami keadaan melayang dari motor hendak menubruk tronton. Oh Ibu, alangkah peka perasaanmu. Aku tidak menceritakan pengalaman tersebut. Aku hanya bilang kecapean.

Pengalaman ini tidak akan aku lupakan. Aku gila sudah menempuh jarak 450 kilo, 13 jam dan hampir mati karenanya.

Read Users' Comments (0)

Satpam safari

Akhir-akhir ini, bahkan sudah lama, termasuk di kantorku, seragam yang di pakai oleh satpam bukan lagi tampak putih biru, melainkan memakai safari. Aku kurang tahu penyebabnya. Di kantorku sendiri hal ini sudah berjalan di tahun kedua, bagian rumah tangga kantorku saat membuatkan baju seragam satpam model safari sepertinya hanya terkesan dengan kantor sebelah, dan sekedar ngikut trend yang ada.

Kalau di runut kebelakang, mungkin yang mengawali hal seperti ini adalah hotel berkelas bintang sekian, dan mal yang sasarannya konsumen high, alias bukan sekelas ITC, apalagi pasar. Tujuan dari empunya mereka mungkin untuk sedikit mengangkat harga satpam, ya elah, emang satpam di hargai yah? kek barang aja. Atau untuk menghormati tamu yang datang. Tetapi kalau di lihat lagi, menurutku tidak tepat, aku sudah pernah salah menduga, dan kena getahnya gara-gara satpam memakai safari. Ini kejadiannya pas di mal yang bukan kelas ITC itu, dasar udik, aku bingung pas masuk ke mal yang rasanya ada di dunia lain, semua serba wah dan wangi. Mau tanya satpam tapi kok di cari tidak ketemu, tiap lantai hanya nemu orang berpakaian seragam safari itu. Setelah berjalan lelah mencari, akhirnya ketemu yang namanya booth informasi, dengan culunnya tanya, "mbak, disini tidak dijaga satpam yah?" yang akhirnya membuat jawaban "O" panjang dariku, si mbak di bagian informasi menjawab, "itu yang berpakain safari adalah petugas keamanan kami mas". Sejak itulah aku membuat kesimpulan kalau orang yang berpakaian safari di tempat keramaian adalah satpam. Kepala Kantor sebelah termasuk ndak ya? ups!

Ternyata satpam safari bukan hanya menjadi trend, tetapi juga sudah mendapat perhatian dari kepolisian yang memang sudah dari sononya seharusnya mengawasi dan secara tidak langsung menjadi dewan pembina, uhuk! Dalam suatu berita di koran, kepolisian menyatakan bahwa mereka akan menertibkan para empunya satpam yang memberikan seragam safari.

Tetapi sampai sekarang berita itu belum ada tindak lanjutnya. Memang sih, masih banyak satpam yang memakai seragam a.la satpam sebelumnya, tetapi musti ditanya, apa si empunya gak mampu mbeliin seragam safari atau memang konsisten? Bukannya antipati atau bagaimana, tetapi kayaknya memang lebih baik memakai seragam putih biru seperti biasa, memakai safari tidak menambah gagah atau memberi kesan angker, karena tugas mereka sebenarnya kan juga memberi pelayanan kepada konsumen yang memanfaatkan area yang di jaganya.

Read Users' Comments (0)

Sensasinya Taylor Swift

Namanya Taylor Swift. Awal tahu namanya saat jalan dengan salah seorang kawan, waktu itu kami ngobrol-ngobrol bagaimana ketinggalan jamannya kami karena kesibukan di kantor dan kuliah sampai tidak mengikuti perkembangan dunia musik, dan salah satu sorotannya adalah penyanyi muda Taylor Swift. Aku masih belum ngeh juga, sampai pada kesimpulan bahwa kami memang ketinggalan informasi dunia musik.
Selang beberapa minggu aku melihat video klipnya di [V], ia menarik perhatianku dalam klipnya You Belong with Me. Akhirnya satu per satu informasi tentangnya aku dapat. Kalau albumnya sudah 2 padahal umurnya masih belasan, hal yang biasa ya di dunia entertaintment amrik sono. Dari albumnya memang setelah di dengarkan cukup menggigit, bukan typical Teen Pop, ia masuk kategori Country Pop. Mulai dari lagu White Horse sampai yang paling aku suka You Belong with Me, semuanya enak didengarkan. Kesan Southern Musicnya hampir nggak ada sama sekali. Lucunya lagi, ternyata di belakang albumnya ia menulis arti dari album fearless itu sendiri. Cukup unik ya. 

Begini kutipannya : "To me, “FEARLESS” is not the absence of fear. It’s not being completely unafraid. To me, FEARLESS is having fears. FEARLESS is having doubts. Lots of them. To me, FEARLESS is living in spite of those things that scare you to death. FEARLESS is falling madly in love again, even though you’ve been hurt before. FEARLESS is walking into your freshmen year of high school at fifteen. FEARLESS is getting back up and fighting for what you want over and over again…even though every time you’ve tried before, you’ve lost. It’s FEARLESS to have faith that someday things will change. FEARLESS is having the courage to say goodbye to someone who only hurts you, even if you can’t breathe without them. I think it’s FEARLESS to fall for your best friend, even though he’s in love with someone else. And when someone apologizes to you enough times for things they’ll never stop doing, I think it’s FEARLESS to stop believing them. It’s FEARLESS to say “you’re NOT sorry”, and walk away. I think loving someone despite what people think is FEARLESS. I think allowing yourself to cry on the bathroom floor is FEARLESS. Letting go is FEARLESS. Then, moving on and being alright…That’s FEARLESS too. But no matter what love throws at you, you have to believe in it. You have to believe in love stories and prince charmings and happily ever after. That's why I write these songs. Because love is FEARLESS."

Yang pasti, ia bukan remaja kebanyakan, ia bisa menulis lagu, main gitar, nyanyi, pokoknya kumpul jadi satu. Terakhir, berkat album Fearless, ia menyabet 4 grammy termasuk kategori paling bergengsi, Album of the Year.

Read Users' Comments (0)

Mabok froyo

Ini terjadi Sabtu kemarin, setelah UAS hari pertama. Aku menyegarkan diri ke MargoCity tanpa tujuan jelas, sebenarnya karena masih jam 5, aku ogah pulang, terbiasa pulang setelah matahari terbenam, rasanya ada yang kurang kalau matahari masih ada dan aku sudah berada di rumah.

Awalnya kaki mau melangkah ke Gramedia, tetapi setelah di pikir ulang mending cari kudapan saja di Margo. (Kudapan) buku yang sudah dibeli masih banyak yang belum terbaca. Dengan langkah ringan, kaki langsung menuju pojokan, ke kedai tutti-frutti. Kedai yang menawarkan Frozen Yoghurt atau lebih dikenal dengan sebutan froyo ini menarik perhatianku, tadinya mau beli di J.Co saja, tetapi melihat porsi yang ditawarkan di tutti-frutti yang prasmanan semau kita, akhirnya pilihan jatuh kesana. Begitu ditawarkan porsinya, tanpa ba-bi-bu langsung aku ambil porsi big-size alias large. Pilih sana sini, ambil toping sana sini, kemudian di timbang, hasilnya 450 gram, gubrak!!! Masih belum sadar dengan kudapan yang barusan diambil, kalau jumlahnya cukup banyak untuk satu orang, aku melenggang menuju tempat duduk.

Sambil membaca koran, aku terus menyesap froyo itu, sudah hampir 30 menit aku duduk disitu, tapi kok ini froyo masih banyak ya? duh, baru ngerasa kalau porsi yang aku ambil banyak buangeett!! diselingi minum air putih, yang untungnya masih nyimpen di backpack, kalau tidak bisa penuh perutnya. Heran, kalau beli es krim di Haagen Dasz, duh belibet nulisnya, bener apa salah tuh, kita pasti disuguhi air putih dingin buat penutup, lha ini, masa kita harus beli air minum sendiri.

Mabok beneran sama yang namanya froyo saat itu, tapi dasar doyan, akhirnya habis juga, dan pengen nambah lagi, :) Lain kali kalau mau beli liat-liat situasi dulu ah, gara-gara main embat jadi aus giginya.

Read Users' Comments (0)

Tampilan Baru

Aku sibuk banget sejak pindah ke Seksi Pelayanan, rutinitas pagiku kacau, tidak ada lagi istilah baca koran selama jam kerja, menulis blog, apalagi belajar dan membaca buku. Tapi kalau dilihat, tampilan blog-ku baru. Kemarin aku beli buku panduannya di Gramedia. Yah, ini baru tahap awal soal tampilan, aku pengennya semua-muanya baik, enak dilihat -ya nggak sih?-. Jam segini saja aku masih di kantor, padahal besok kan aku mau UAS, apa kata dunia kalau begini, kapan belajarnya?

Stop complaining!!!!

Read Users' Comments (0)